wayjeparanegriku

Just another WordPress.com site

Skripsi 1

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii


MOTTO iii
ABSTRAKSI iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Langkah-langkah Penelitian
F. Responden Penelitian
G. Lokasi Penelitian
H. Teknik Pengolahan data
I. Sistematika Pembahasan
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG FENOMENA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON FORMAL UNTUK WANITA-WANITA MUSLIMAH
A. Konsep Dasar Fenomena PAI Non Formal
B. Implementasi Pendidikan Agama Islam Non Formal
1. Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non Formal Untuk wanita-wanita Muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
2. Jenis-jenis Pendidikan Agama Islam Non Formal, Pendidikan Kreatifitas Muslimah, Materi, Sumber, Waktu, Tempat dan Pengajar.
3. Latar Belakang Profesionalisme Guru, Cara Pengajaran dan Respon Peserta Didik dalam Menerima Pelajaran
4. Antusias Wanita-wanita Muslimah dalam Mengikuti Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U
5. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Proses Pembelajaran
6. Upaya-Upaya yang Dilakukan oleh Pihak-pihak Terkait dalam Mengatasi Permasalahan
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
B. Pelaksanaan Penelitian
C. Metode dan Teknik penelitian
D. Analisis Data
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan Penelitian
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA & LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berkeluarga wanita-wanita muslimah memiliki rutinitas yang menyibukkan seperti mengurus anak, menyiapkan hidangan, membereskan dan membersihkan peralatan rumah tangga, mempersiapkan segala kebutuhan rumah tangga, dan kesibukan dalam bermasyarakat seperti arisan, pengajian atau berdagang. Dan kegiatan lainnya seperti wanita karier yang setiap harinya bangun pagi persiapan berangkat kerja, pulang sore atau malam dengan fisik lelah.
Penyebab lain dari kesibukan wanita adalah menonton televisi, hingga melalaikan ibadah shalat. Dalam hadits Rasul Saw:
      
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
طلب العلم فر يضة على كل مسلم…

Artinya:” menuntut ilmu itu wajib bagi tiap muslim…(HR. Abdul Barri dari Annas).
Moh Mas’ud (1992:52)

Rutinitas yang sangat menyibukkan dan melelahkan ini, menjadikan wanita-wanita muslimah berfikir dua kali untuk mengikuti pendidikan agama Islam non formal, dan lebih banyak lagi wanita-wanita yang kehilangan waktu yang berharga ini dengan rutinitas yang sia-sia seperti membicarakan sesuatu hal yang tidak ada manfaatnya yang di larang oleh agama. QS (49) Al Hujurat: 12
                            •   •    
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Kekurangfahaman terhadap agama, memberikan dampak negatif terhadap diri wanita-wanita muslimah, seperti dalam berkomunikasi dengan tetangga atau teman lainnya, mengadapi situasi dan kondisi yang terjadi li lingkungan sekitar, menanggapi masalah yang dihadapi dan memecahkan masalah dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. contoh, wanita-wanita muslimah yang tidak pernah mengikuti Pendidikan Agama Islam non formal sering salah pengertian ketika berkomunikasi dengan muslimah yang lain, mudah tersinggung, cepat marah, tidak sabar, kurang dalam ukhuwah Islamiyahnya, kurang kuatnya tali silaturahmi, kurang solidaritas, serta kurang sensitif terhadap situasi dan lingkungan sekitar.
Dampak negatif lain adalah perilaku-perilaku kasar terhadap anggota keluarga atau dalam mendidik anak, kurang sabar dalam bicara, tak segan-segan memaki-maki, mamarahi anak sewaktu dihadapan banyak orang, membentak anak, sering memukul, memanggil/memberi gelar atau julukan yang tidak pantas, baik terhadap anak-anak mereka, maupun terhadap teman mereka, padahal hal tersebut dilarang oleh agama Islam: QS (49)Al Hujurat: 11
                                          

11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Permasalahan lain yaitu wanita-wanita karier atau pekerja yang sama sekali tak tersentuh oleh pendidikan Agama, karena pendidikan agama Islam non formal dilakukan saat mereka bekerja yaitu setiap Kamis sore pukul 16:30 WIB. Waktu yang tidak tepat untuk mengikuti proses belajar Pendidikan Agama Islam bagi wanita karier/ pekerja. Hal ini memerlukan perhatian dari ketua majelis ta’lim, seksi-seksi da’wah, para ustad/ ustadah, guru dan para penasihat agama dalam menghadapi serta mengatasi masalah tersebut.
Menurut pengamatan penulis, permasalahan lainnya yaitu kurangnya antusias warga muslimah untuk mengikuti pendidikan Agama Islam non Formal di Perumahan bumi Anggrek Blok T-U, padahal jenis pendidikan di Blok T-U ini sudah cukup banyak. Seperti Majelis Ta’lim, seminar-seminar, kegiatan training, pendidikan les bahasa Arab, les tahsin (tajwid), kelompok belajar (biasa di sebut Liqo yaitu singkatan dari lingkaran halaqoh) terdiri dari 5 kelompok aktif, les privat membaca Al Qur’an bagi muslimah yang belum bisa membaca Al Qur’an, membuat kerajinan tangan, pendidikan keterampilan memasak dan olahraga. Memang hal ini bukan termasuk didalam materi kurikulum Pendidikan Agama Islam Non formal, tetapi penulis beranggapan bahwa keterampilan yang disebutkan diatas merupakan penunjang bagi seorang wanita muslimah dalam rangka mengabdi kepada keluarga, masyarakat, dan merupakan ibadah kepada Allah. Menuntut ilmu dari mana saja asal tidak membahayakan, seperti hadis berikut:
خذ الحكمة ولا يضرك من ا ىوعا ء خرخت (رواه الحا كم)
Artinya:” Ambillah hikmah (ilmu), tidak akan membahayakan kamu, dari mana/ siapa saja keluarnya”. Moh. Mas’ud (1992: 52)

Permasalahan dalam proses belajar seperti kurangnya alat bantu belajar, sumber materi yang tidak jelas, lambatnya daya serap, pengamalan ilmu yang telah diperoleh sangat sulit dipraktekkan dalam dunia nyata.
Sebagai saudara seiman, tak ada salahnya kita saling nasihat menasihati, saling mengingatkan untuk senantiasa beramal salih, mengerjakan apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah swt dan Rasulnya. Seperti yang diperintahkan Allah dalam Al Qur’an Surat (103) Al ‘Asr: 1-3
  •              
1 Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U terletak pada:
1. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang efektif, kurikulum, metode, sumber belajar, media pembelajaran, sarana prasarana.
2. Jenis-jenis Pendidikan Non Formal untuk wanita muslimah apa saja yang ada di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
3. Profesionlisme dan cara guru/ Ustad/ Ustadah dalam menyampaikan materi pelajaran serta respon peserta didik dalam proses pembelajaran.
4. Minat/ antusias wanita-wanita muslimah terhadap Pendidikan Agama Islam Non formal.
5. Faktor yang mendorong dan menghambat proses pembelajaran.
6. Upaya-upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas adalah:
a. Bagaimana fenomena pembelajaran Pendidikan Agama Islam non formal di perumahan Bumi Anggrek Blok T-U?
b. Apa kendala yang di temui dalam pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam Non formal di perumahan Bumi Aggrek Blok T-U?
Secara operasionalnya dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana kurikulum, Sumber Belajar, metode, media pembelajaran, fasilitas belajar yang digunakan dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam Non formal?
b. Apa saja jenis-jenis pendidikan non formal untuk wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U?
c. Bagaimana profesionalisme dan cara guru menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam serta respon peserta didik dalam proses belajar?
d. Bagaimana antusias wanita-wanita muslimah terhadap Pendidikan Agama Islam Non formal?
e. Faktor-faktor apa saja yang mendorong atau mendukung sekaligus menghambat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam non formal?
f. Upaya-upaya apa yang dilakukan pengurus RW, RT 01-08, Pengurus DKM Assalam, Pengurus Majelis Ta’lim, Guru/ Ustad/ Ustadah dalam mengantisipasi hambatan yang terjadi?

2. Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini didasarkan kepada:
a. Penggunaan kurikulum, metode pengajaran, sumber belajar, media pembelajaran dan fasilitas belajar yang digunakan dalam pendidikan non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U?
b. Menelaah jenis-jenis pendidikan dan kegiatan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, dilihat dari kemampuan guru mengajar serta respon/ kemampuan siswa menerima pelajaran?
c. Mengamati antusias wanita-wanita muslimah dalam mengikuti Pendidikan Agama Islam Non formal di PerumahanBumi Anggrek Blok T-U, di lihat dari nama-nama peserta didik dan jumlah setiap kelompok belajar.
d. Faktor pendorong dan penghambat dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
e. Upaya-upaya yang dapat dilakutkan oleh pihak-pihak terkait (guru/ ustad ustadah, perangkat RW, DKM dan ketua Majelis Ta’lim.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan merujuk kepada rumusan dan pembatasan masalah yang telah dikemukanan sebelumnya, penelitian ini bertujuan memperoleh data empirik mengenai fenomena pembelajaran Pendidikan Agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang diarahkan kepada semua wanita muslimah.
Tujuan penelitian tersebut adalah:
1. Mengetahui kurikulum, metode pengajaran, sumber belajar, media pembelajaran dan fasilitas belajar yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam Non formal.
2. Mangetahui kegiatan Proses Belajar Mengajar antara guru dan peserta didik sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan guru dalam menyampaikan informasi atau sebaliknya siswa dalam merespon. Bagi guru tujuannya adalah mendapatkan ilmu baru.
3. Mengetahui jenis-jenis Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
4. Memupuk semangat untuk mencari ilmu (baik ilmu agama maupun kreatifitas) bagi wanita-wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
5. Menelaah faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non formal, sebagai umpan balik bagi semua pihak.
6. Prediksi upaya yang dapat dilakukan guru beserta pihak-pihak terkait guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.

2. Manfaat Penelitian
a. Inovasi atau perbaikan kurikulum.
b. Peningkatan layanan profesionalisme guru.
c. Sebagai alternative atau solusi dalam memecahkan masalah
d. Meninggaktan kolaborasi dan kerjasama antara guru, ustad, ustadah, pengurus RW, RT, DKM, Majelis Taklim dan masyarakat.
e. Peningkatan profesionalisme lembaga pendidikan. Kaitannya disini dengan Kepengurusan Dewan Kemakmuram Masjid (DKM) dan Kepengurusan Majelis Taklim Assalam. seperti yang dinyatakan oleh Suharmi Arikunto dkk (2008:106)

D. Kerangka Pemikiran/ Anggapan Dasar
Penulis mengambil judul skripsi ini, dengan judul ” Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non Formal untuk Wanita-wanita Muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.
Adapun kerangka pemikiran dalam penyusunan skripsi ini mengacu kepada firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat 58:11,

                                

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah telah berjanji, bahwa Dia akan mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat. Dan janji Allah itu benar adanya. Mari kita perhatikan orang-orang yang tekun menuntut ilmu, ia didunia mendapatkan gelar profesinya, dibutuhkan masyarakat, dihormati dan dielu-elukan masyarakat. Sebaliknya orang-orang yang tidak pernah mau menuntut ilmu, akan hidup dalam kebodohan, mudah ditipu orang jahat, dan sebagian besar hidupnya dalam keadaan hina dina, keberadaannya terkadang dianggap sebagai pengganggu kerapian tatanan suatu daerah, karena rumah-rumah kumuh yang dimilikinya, terkadang jadi bulan-bulanan penggusuran oleh aparat pamong praja.
Menuntut ilmu merupakan bagian dan tugas penting bagi seorang individu, dalam sebuah ayat Al Qur’an diterangkan berperang tidak lebih penting dari menuntut ilmu. QS 9: !22.

                        

122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Ketika semua muslim berangkat untuk berjihad di jalan Allah SWT, maka Allah SWT menyeru agar beberapa muslim pergi menuntut ilmu agama, apalagi hanya sekedar sibuk bekerja (mencari uang), atau lupa dengan kesibukan sebagai ibu rumah tangga serta aktifitas lainnya. Kita sebagai umat muslim wajib untuk menuntut ilmu. Karena tanpa ilmu seseorang dilarang melaksanakan ibadah seperti yang di peringatkan didalam hadits Arba’in yang ke-5: Dari Ummul Mukminin,Ummu Abdillah Aisyah Ra. Berkata Rasulullah bersabda,’Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan kami (dien) ini yang bukan dari kami maka tertolak,”HR. Bukhari, dan ‘Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak”. HR. Muslim. Ilmu adalah penujuk jalan bagi kehidupan manusia, maka siapa yang tidak berilmu arah tujuan hidupnya akan tersesat dan dosa, tetapi Allah SWT Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan berusaha memperbaiki dirinya, seperti yang tertera dalam Al qur’an 16:119
 •            •      
119. Kemudian, Sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan Karena kebodohannya, Kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Menuntut ilmu sama halnya dengan berbuat amal baik, kita dilarang menunda-nunda amal shaleh seperti yang dijelaskan pada hadists Arba’in yang ke 40:” Dari Umar Ra. Berkata,”Rasulullah SAW memegang kedua pundak saya seraya bersabda,’Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara.’Ibnu Umar berkata,’jika engkau berada pada sore hari, janganlah menunggu datangnya pagi hari. Jika engkau berada pada paagi hari, janganlah menunggu datangnya sore hari. Gunakan masa sehatmu sebaik, baiknya sebelum datang masa sakitmu, dan gunakanlah masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR Bukhari.)

E. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif yang fungsinya untuk (menggambarkan suasana) meneliti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. Penelitian ini merupakan gambaran/ fakta-fakta tentang proses pembelajaran yang berlangsung di perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. kurikulum, sumber belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, semangat/ antusias wanita-wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek blok T-U, profesional guru dalam menyampaikan materi pelajaran hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar, serta prediksi upaya untuk mengatasi masalah Pendidikan Agama Islam Non formal.

2. Teknik Penelitian
Penelitian ini mengunakan teknik penelitian berupa wawancara secara langsung dan tidak langsung, observasi, dan studi kepustakaan atau studi dokumentasi.
a. Teknik penelitian berupa interview/ wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung yaitu penulis berhadapan langsung dengan guru dan wanita-wanita muslimah. Wawancara tidak langsung yaitu menggunakan fasilitas telefon, mengingat kesibukan guru dan wanita-wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. Penulis menggunakan teknik wawancara tidak berstruktur, yaitu mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban bebas tidak terbatas ya atau tidak. (Pedoman Penulisan Ilmiah Prososal dan Skripsi, Hriwijaya dan Triton, hal 64)
b. Teknik penelitian berupa observasi, penulis melakukan observasi yaitu pengamatan, pencatatan dan ingatan terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, kemudian mencatat dan mengklasifikasikan secara sistematis. Pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang diteliti dalam kondisi normal.
c. Teknik studi kepustakaan atau studi dokumentasi, teknik ini digunakan oleh penulis dengan memanfaatkan berbagai macam pustaka yang relevan dengan penomena sosial yang tengah dicermati (seperti, mengunakan format laporan kerja RW 17 Bumi Anggrek Blok T-U, melihat Absen atau daftar hadir peserta didik dari kelompok-kelompok belajar, Majelis ta, lim).

F. Responden Penelitian
Penulis menggunakan teknik penentuan sampling Acccidental Sampling. Dalam hal ini penulis menentukan individu-individu yang dikenal dari Berbagai RT secara bebas dan kapan saja yang kebetulan ditemui, sesuai dengan pernyataan M. Hariwijaya dkk (2007:63-64).
Dari jumlah penduduk muslim yang berjumlah 487 orang, peneliti hanya mengambil sampel 5% saja sehingga kurang lebih hanya 25 orang saja. Ditambah dengan tokoh agama 1 orang dan tokoh masyarakat 1 orang, serta enam orang guru pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. Penelitian ini berhasil atas bantuan guru pendidikan agama Islam non Formal di Perumahan Bumi Aggrek Blok T-U.

G. Lokasi Penelitian
Perolehan data empiris dan informasi yang aktual dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam Non formal yang berlokasi di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi 17510.

H. Teknik Pengolan Data
Teknik pengolahan data secara kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka digunakan analisis rasional berdasarkan pertanyaan-jawaban yang tidak berstruktur.
1. Reduksi Data: yaitu data atau informasi yang diperoleh dari lapangan sebagai bahan mentah direduksi, dirangkum, disusun secara sistematis, dipilih hal-hal yang pokok, atau difokuskan kepada hal-hal yang penting, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan tajam tentang hasil yang telah diperoleh.
2. Dokumentasi Data: yaitu untuk mendapatkan gambaran yang utuh dari proses proses pembelajaran sesungguhnya, atau gambaran tentang keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya, maka penulis membuat dokumentasi dalam bentuk foto yaitu berdasarkan pengamatan langsung serta penulis mengikuti proses pendidikan langsung.
3. Mengambil kesimpulan: berdasarkan data yang diperoleh penulis dan setelah itu dilakukan analisis data tersebut. Kemudian langkah selanjutnya penulis dapat mengambil kesimpulan setelah melakukan hipotesa terhadap penelitian tersebut.
4. Verifikasi: yaitu pemeriksaan tentang kebenaran laporan” (Dessy Anwar: 387) terkait dengan hal tersebut, maka penulis melakukan verifikasi terhadap sumber data yang diperoleh agar memperoleh data yang relevan dan signifigan, seperti mencari kebenaran jumlah peserta didik, sumber belajar.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika tentang pembahasan isi dari skripsi ini mengenai perincian dari tiap-tiap bab dan garis besarnya dari tiap-tiap bab yang bersangkutan. Adapun perinciannya adalah bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian, kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian dan sistematika pembahasan. Kemudian bab 2 berisi tentang landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar fenomena pendidikan agama Islam non formal untuk wanita-wanita muslimah di perumahan Bumi Anggrek blok T-U. selanjutnya bab 3 berisi tentang prosedur penelititan yang terdiri dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data. Kemudian bab 4 berisi tentang pembahasan penelititan yang terdiri dari hasil penelititan dan pembahasan penelititan. Selanjutnya bab 5 berisi tentang kesimpulana dan rekomendasi.
Selanjutnya penulis melampirkan jenis-jenis pertanyaan, observasi jumlah peserta didik dan melampirkan foto-foto tentang proses pembelajaran pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, Desa Karang Satria Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG
FENOMENA PEMBELAJARAN PAI NON FORMAL

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Fenomena
Dalam kamus bahasa Indonesia fenomena berarti kejadian luar biasa/ sesuatu yang jarang terjadi dan layak untuk di perbincangkan. Atau fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah/ gejala/ sesuatu yang luar biasa/ fakta/ kenyataan. Desi Anwar (2003:140).
Di Perumahan Bumi Anggrek yang tidak begitu luas terdiri dari beberapa blok yaitu Blok J-K-L, Blok M-N, Blok R-S, Blok G-H, blok P-Q, dan Blok T-U. Didalam setiap blok ada Pendidikan Agama Islam Non Formalnya, dan ada pula Pendidikan Agama Islam yang bersifat gabungan dari semua blok. Dan yang paling menonjol adalah pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U, karena penduduknya (khususnya wanita lebih banyak dirumah sebagai ibu rumah tangga yang pendudukanya menonjolkan sifat keterbukaan, keramahan karena kerapatan pendukuk yang lebih dekat/ rapat, sehingga banyak jenis kegiatan pendidikan yang akan kita bahas selanjutnya.

2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Desy Anwar,”Proses, cara, menjadikan orang hidup belajar”. pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti,”Petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti”. Kemudian belajar sendiri berarti,:”Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, baik membaca, berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pangalaman.” Desy Anwar (2003:21).
Pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Abdul Majid (2008:16)
Pembelajaran adalah merancang, mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas, membimbing, memfasilitasi peserta didik agar peserta didik mau dan mampu belajar. Atau proses untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, memanfaatkan mengembangkan potensi. Wina Sanjaya (2008:78, 79, 84).

3. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh seseorang pendidik kepada peserta didik agar ia menjadi orang yang lebih baik. Ahmad Tafsir (2001:26).
Pendidikan menurut Rochidin Wahab, adalah proses berjalannya suatu hubungan antara pendidik dan yang terdidik dengan didahului oleh tujuan tertentu. Rochidin ( 2002:1).
Pendidikan berdasarkan rumusan beberapa pendapat para ahli adalah pembentukan tingkah laku yang diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman dalam berlangsungnya tujuan tertentu, berlangsung dengan penuh tanggung jajwab dan kasih saying oleh si pendidik yang telah dianggap lebih dan dapat dicontoh oleh peserta didik. Rochidin Wahab (2009:23).

4. Pengertian Agama
Pengertian agama berasal dari bahasa Sangsekerta a tidak, gama kacau. Agama adalah tidak kacau. Dimaksudkan agama merupakan peraturan-peraturan (tuntunan hidup agar manusia terbebas dari kekacauan). Syamsu Yusuf (2008:12).
Didalam buku, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluk-pemeluknya, agama terbagi menjadi dua yaitu agama thabi’iyat (agama alam, hasil kreasi manusia) lebih dikenal dengan sebutan agama ardi, dan Agama Ilahiyat (yang berasal dari Tuhan atau disebut agama samawi).
Agama Islam adalah salah satu dari agama samawi yang berasal dari Wahyu Tuhan, disamping agama Hanif sebutan untuk agama Ibrahim, Agama asal pertama Yahudi sebelum mereka merubah-rubah kitabnya, agama Zoroater (Ahura Mazda), agama Nasrani yang dibawa Nabi Isa As sebelum umatnya merubah-rubah kitabnya, dan agama-agama yang dibawa para Nabi dari mulai Nabi Adam As. Sampai Nabi Muhammad. K. Sukarji (1993:1-6).
Agama Islam adalah agama yang lurus dan agama yang diridai oleh Allah Swt seperti yang telah diterangkan oleh Allah Swt dalam ayat Al Qur’an Surat Ali Imran: 19:
•                            

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya

5. Pengertian Islam
Islam berasal dari bahasa Arab, dari kata aslama, yuslimu, aslam yang berarti berserah diri, atau berasal dari saalimun: selamat. Tim Lintas Media, (Lintas Media Jombang).
Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang berintikan keimanan dan perbuatan amal. Alih Bahasa oleh Moh. Abdai Rathomy (2004:15) dari Kitab Aqidah Sayid Sabiq.
Dan agama Islam dapat diartikan sebagai:”Wahyu Allah yang diturunkan melalui Rasul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia, yang berisi perintah dan larangan, agar manusia memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Dan wahyu yang terakhir ini di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang keseluruhannya termaktub dalam Al Qur’an serta diperjelas oleh hadits Nabi SAW.
Syamsu Yusuf (2008:14).

6. Pengertian Non Formal
Non formal adalah berasal dari kata non yang berarti tidak, sedang formal yang berarti resmi. Sedang bila digabungkan non formal adalah tidak resmi. Desi Anwar:145, 290).
Jadi devinisi Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non Formal adalah fakta tentang proses membimbing, memfasilitasi, mengembangkan segala potensi agar perkembangan potensi dan perubahan tinggah laku peserta didik, kearah yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan oleh agama Islam yang berlangsung diluar pendidikan resmi yaitu dilingkungan Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 26 menjelaskan tentang pendidikan non formal. Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis.
Dalam UU No. 20 tahun 2003, pasal 27 mangenai pendidikan informal, kegiatan pendidikan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Tentang pendidikan non formal telah diatur oleh UU No. 20 tahun 2003, Pasal 30 tentang pendidikan keagamaan: Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai peraturan perundang uandangan.
a) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didk menjadi angggota masyarakat dan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/ atau menjadi ahli agama.
b) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.
c). Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniah, pesantren, pasraman, pabhaya samanena dan bentuk-bentuk lain yang sejenis.
d). ketentuan mengenai pendidik keagamaan sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Haidar Putra Daulay (166-167)

B. Implementasi Pendidikan Agama Islam Non Formal
Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan, yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam. Pada dasarnya pendidikan agama dilaksanakan dalam tiga kategori yaitu pendidikan formal yang dilakukan oleh lembaga pendidikan baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta dalam ruang lingkup pendidikan sekolah. Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupun swasta yang berada diluar pendidikan formal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan atau seminar, kelompok belajar masyarakat, atau pusat kegiatan masyarakat. Dan pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh dari hasil pengalaman., atau pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan secara mandiri. Haidar Putra Daulay (2007:167)
Selain pembinaan pendidikan Islam yang dilakukan pemerintah, pihak swasta pun sangat banyak andilnya dalam pembinaan pendidikan Islam Indonesia. Pihak swasta ini meliputi organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam, seperti Muhammadiyah, persatuan Islam (Persis), Persatuan Tarbiyah, Persatuan Majelis taklim, dan juga dalam bentuk yayasan.
Hal ini dapat terlaksana dengan adanya UU No. 22 tahun 1999, diungkapkan beberapa hal yang relevan dengan pembahasan ini, yaitu penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberi kewenangan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dalam peraturan, pembagian dan pemanfaatan sumder daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Diuraikan juga bahwa otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Wewenang ini termasuk untuk penyelenggaraan pendidikan keagamaan. Haidar Putra Daulay (2007:175)
Implementasi pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U sejauh ini telah berlangsung dalam beberapa kelompok belajar seperti majelis taklim, kelompok belajar (Liqo), kelompok Yasinan, pendidikan Bahasa Arab, tahsin, dan pendidikan kreatifitas, latihan memasak, pelatihan/ training dan seminar-seminar, serta pendidikan olahraga.

1. Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non Formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, Desa Karang Satria Kec. Tambun Utara Kab. Bekasi.
Pembelajaran pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U telah berjalan sejak tahun 2003 yang lalu saat Blok T-U mulai terisi oleh penduduknya, karena penulis sendiri termasuk penduduk yang menempati rumah pada masa awal berdirinya blok T-U yaitu penghuni yang ke sembilan.
Pendidikan agama Islam non formal telah berjalan sebelum masjid Assalam didirikan, waktu itu pendidikan bertempat di sebuah rumah yang kosong dan mendapat izin oleh pemiliknya.
Setelah kurang lebih setahun barulah, dimulai pembangunan masjid yang diberi nama Masjid Assalam, untuk selanjutkan dipergunakan untuk ibadah dan pendidikan agama Islam non formal, rapat kepengurusan masyarakat maupun peringatan hari besar Islam.
Proses pembelajaran pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U telah berjalan kurang lebih enam tahun. Memang pada awalnya hanya ada satu kelompok belajar, namun seiring waktu kelompok-kelompok belajar semakin banyak dan memang sangat dibutuhkan masyarakat. Karena lebih banyak ragamnya dan kelompok belajar bertambah jumlahnya, maka peluang muslimah dari setiap RT semakin memungkinkan untuk dirangkul, diajak ikut belajar. walau permulaannya hanya ada perasaan tidak enak dengan ketua dan ibu RT, yang terpenting adalah kehadiran pertama, dan semoga berlanjut ke hari-hari berikutnya.
Proses pendidikan memang telah berjalan lancar, namun tetap tidak luput dari kekurangannya, seperti sumber belajar (kitab-kitab yang dibahas), ada yang tidak dibawa ke dalam proses belajar, kurang perhatian masalah papan tulis, spidol penghapus, mixe/ pengeras suara, tipe recorder, toilet, serta ganguan konsentrasi disebabkan tangisan anak-anak, kurang kesiapan tempat saat proses belajar hendak di mulai, tidak semua guru memiliki metode yang bervariatif yang sanggup membangkitkan ghirah/ semangat belajar maupun bersaing dalam kebaikan, terkadang penyampaian guru ada yang menoton, peserta didik hanya duduk manis dan mendengarkan saja. Tetapi tidak semua guru menoton dalam penyampaiannya.

2. Jenis-jenis Pendidikan Agama Islam Non Formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U
a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.
Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun ada pula kesamaan pendapat yaitu bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha pengembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum memang diperuntukan untuk peserta didik. Menurut Wina Sanjaya kurikulum dapat diartikan sebagai berikut:
1. Sebagai mata pelajaran (sebagai program) berupa perencanaan kurikulum, bahan apa yang akan disampaikan kepada peserta didik. Hal ini bisa diajukan oleh pengurus majelis ta’lim dan pengurus DKM Assalam, atau direncanakan oleh guru-guru pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggek Blok T-U, baik bahan materi, metode dan strategi pembelajaran serta media pembelajaran.
2. Kurikulum dianggap sebagai pengalaman atau seluruh aktifitas peserta didik, untuk melihat kurikulum ini, maka tidak dapat terlihat secara tertulis atau terlampir seperti daftar pelajaran, namun merupakan sebuah pembelajaran menimba pengalaman dari seluruh aktifitas diluar tempat biasa mengadakan proses pembelajaran. Wina Sanjaya (2008:4-5)

b. Jenis-jenis Pendidikan Agama Islam Non formal
• Pendidikan Majelis ta/llim (pengajian umum)
• Kelompok belajar (liqo)
• Les bahasa Arab dan Tahsin/ Tajwid
• Seminar/ Training (pelatihan)
• Pendidikan Kreatifitas Muslimah
• Pendidikan olahraga

c. Sumber
• Al qur’anul Karim
• Kitab Fiqih Sayyid Sabiq
• Fiqh At Thagrib wat-Tharhib
• Kitab Hadits Arba’in
• Kitab Bulughul Maram
• Kitab Tafsir Ibnu Kattsir
• Kitab Tarbiyatul Aulad
• Makalah Bahasa Arab Perguruan Al Hikmah
• Buku Pedoman Daurah Islamiyah
• Kitab Aqidah Islam
• Al Qur’an Terjemah Perkata
• Fikh Da’wah Wanita
• Buku Kreatifitas
• Buku memasak
d. Materi Pelajaran
• Al qur’an dan Tafsir
• Fiqih
• Aqidah
• Hadits
• Tahsin/ Tajwid
• Bahasa Arab
• Kreatifitas
• Olahraga (senam nusantara)
• Materi-materi seminar/ traning (sesuai dengan tema acara)

e. Media Pembelajaran
• Makalah/ diktat
• Foto kopian materi
• Tipe Recorder
• Laptop
• Proyektor (seminar)
• Papan tulis
• Spidol
• Buku Lembar tugas (hafalan, shalat sunnah dll)
• Pengeras suara (spiker)
f. Waktu
• Majelis ta’lim pada hari Kamis Sore (mengalami perubaha, sebelumnya hari Minggu).
• Kelompok Belajar (liqo):
Kelompok Belajar I (bu Siti Aminah): Selasa sore
Kelompok Belajar 2 (bu Siti Aminah): Sabtu sore
Kelompok Belajar 3 (bu Dwi Nurjannah): Selasa sore
Kelompok Belajar 4 (bu Sudaryani): Jum’at sore
Kelompok Belajar 5 (bu Jumiyati): Malam Jumat
• Les Tahsin/ tajwid (bu Siti Aminah): Sabtu pagi
• Les Bahasa Arab (bu Siti Aminah): Jumat sore
• Pendidikan Kreatifitas (bu Dwi Nurjannah & bu Siti Aminah): ditentukan sesuai kesepakatan
• Pendidikan Olahraga (Senam PKS Nusantara) : setiap Hari Minggu Pagi
g. Tempat
• Masjid Assalam
• Rumah Warga
• Lapangan Parkir Giant terdekat (untuk olahraga).

h. Pengajar
• Ustad Nurhasan
• Ustad Ali Ghozi (Pergantian jika ada minggu ke-5)
• Ustad Hamdan
• Ustad Yunus
• Ustadah Maswah
• Ustadah Winangsih
• Ustadah Yeti Sulfiyati
• Ustadah Siti Aminah
• Ustadah Dwi Nurjannah
• Ustadah Sudaryani
• Ustadah Jumiyati
• Kader PKS
i. Metode
Metode adalah suatu upaya atau cara si Pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Haidar Putra Daulay ( 2007:92).
Semua metode adalah baik, penggunaannya disesuaikan dengan materinya. Yang terpenting adalah bahwa metode merupakan kemampuan pendidik dalam menyajikan materi pelajaran dengan berbagai variasi agar tidak membosankan peserta didik.
Sebatas ini metode yang telah digunakan sebatas, metode ceramah, tahfid, rihlah, pemberian tugas, suritauladan.

3. Latar Belakang Profesionalisme Guru, Cara Mengajar dan Respon Peserta Didik.
Profesionalisme guru atau latar belakang pendidikan guru sudah sesuai dengan bidang yang ditekuni sekarang, sebagai pengajar pendidikan agama. Hampir sembilan puluh persen lulusan dari pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Dalam sebuah hadits yang artinya:” Kapan datangnya hari kiamat? Apabila amanah/ perintah sering ditinggalkan, maka tunggulah kerusakan akan datang. Dan bagaimana ditinggalkannya amanah itu ya Rasululah? Apabila suatu perkara diserahkan kepada seorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kerusakannya/ kehancurannya”. Berdasarkan hadits diatas, keahlian, profesionalisme seseorang sangat diperlukan baik dalam kegiatan apapun. Seperti yang di nyatakan oleh A. Djuaeni dalam makalah Tafsir II (2003:16):”Guru atau disebut pula subjek didik adalah orang yang punya pengetahuan”. Sebagaimana diterangkan dalam QS 16:43:
                
43. Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,

Proses atau cara penyampaian materi dari sebagian guru terkadang cukup menarik, namun terkadang penyampaian dari sebagian guru yang lain, kurang menarik.
Cara penyampaian materi dengan perlahan karena menyesuaikan daya tangkap dari para muslimah.
Sedangkan penerimaan atau respon wanita muslimah terhadap materi yang di ajarkan berbeda-beda, ada yang memiliki daya tangkap cepat, sedang, cukup, dan lambat. Ada respon yang biasa-biasa saja, namun ada yang bersemangat mengimplementasikan ilmu dalam kehidupannya. Respon wanita-wanita muslimah yang sudah mengikuti pendidikan lebih dari tiga kali pertemuan atau lebih, minat untuk mengikuti pendidikannya semakin kuat, dan cenderung akan terus mengikuti, tetapi jika wanita muslimah kurang dari tiga kali saja mengikuti proses pendidikan sudah tidak sempat masuk lagi, maka cenderung akan keluar/ meninggalkan pendidikan itu, karena merasa ketinggalan, dan merasa malu.

4. Antusias Wanita-wanita Muslimah dalam Mengikuti Pendidikan Non formal
Dari 487 kepala keluarga (dalam artian 487 orang ibu/ wanita muslimah)di Blok T-U, hanya sekitar kurang lebih
• 20-an orang wanita yang aktif di kegiatan majelis ta’lim,
• 9 orang wanita yang aktif di kelompok belajar I,
• 15 orang wanita yang aktif di kelompok belajar II,
• 11 orang wanita yang aktif belajar di kelompok belajar III,
• 10 orang yang aktif di kelompok belajar IV,
• 15 orang yang aktif di kelompok belajar V,
• 14 orang Les tahsin dan bahasa arab
• 15 – 25 mengikuti seminar dan training,
• Kelompok Belajar kerajinan tangan, memasak dan olahraga peserta didiknya adalah gabungan dari kelompok belajar I dan II dan III (ditentukan sesuai kesepakatan)
Lembar Kerja Pertangung Jawaban Ketua RW: Bpk. Ratimin(2009)
Daftar hadir wanita-wanita yang mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.

5. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Pembelajaran
a) Faktor-faktkor Pendorong Proses Pembelajaran
Faktor adalah suatu hal, keadaan, peristiwa dan sebagianya yang ikut menyebabkan/ mempengaruhi terjadinya sesuatu, bilangan atau bangun yang merupakan bagian hasil perbanyakan. Desi Anwar (2003:137). Factor pendorong adalah suatu hal, keadaan atau peristiwa yang mempengaruhi terjadinya proses pembelajaran, hingga tercapainya tujuan pembelajaran.
Proses belajar tidak akan terwujud tanpa keikhlasan pengajar, kesadaran kaum muslimah untuk datang ke majelis-majelis ilmu. Sebab ketika majelis ilmu dekat, bahkan disamping rumah seseorang, maka belum tentu muslimah tersebut bersedia hadir di majelis ilmu tersebut.
Adanya minat, semangat dan antusias warga muslimah untuk menuntut ilmu.
Lingkungan yang kondusif lebih menarik simpati warga muslimah lainnya untuk mengikuti belajar, suritauladan dari para pendidik.

b) Faktor-faktor Penghambat Proses Pembelajaran
Faktor penghambat adalah suatu hal yang mempengaruhi terganggunya suatu proses belajar yang menyebabkan tujuan dari pendidikan tidak dapat tercapai, secara menyeluruh/ sempurna.
Semua proses memerlukan pengorbanan baik waktu, tenaga, dana, sikap dan akhlak. Dan tidak semua muslimah siap berkorban untuk mengelurkan dana, mengorbankan waktu, tenaga, sikap dan kepribadian seperti perubahan penampilan. Misalnya untuk pergi ke tempat belajar perlu memakai pakaian muslimah yang belum tentu semua memiliki, atau tidak ada orang untuk dititipi anaknya yang balita, karena takut mengganggu proses belajar, kalaupun anak-anak balita dibawa tidak jarang menangis, merengek yang akhirnya mengganggu konsentrasi belajar.
Belum lagi waktu belajar yang relative singkat, terkadang separuh waktu habis dipergunakan untuk membicarakan hal-hal yang meyimpang dari materi pelajaran.
Dari pengamatan penulis, tempat belajar pun tak luput dari permasalahan karena proses belajar selama ini bertempat di rumah-rumah warga yang rata-rata hanya tipe 21, artinya jika peserta didik lebih dari 12 orang saja dan membawa serta anak-anak, maka ruangan terasa sangat sempit. Pendidikan majelis taklim memakai tempat masjid Assalam sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan, hal ini ternyata sedikit menimbulkan permasalahan bagi peserta didik yang mengikuti faham bahwa wanita haid tidak boleh memasuki masjid. Dengan demikian wanita muslimah akan sering absent dalam proses pembelajaran, dan ini akan mengganggu dalam pemahaman keagamaan secara keseluruhan.

6. Upaya-upaya yang dilakukan Pihak-pihak Terkait dalam Mengatasi Hambatan.
Upaya adalah usaha, syarat untuk menyampaikan sesuatu maksud, usaha, akal, ikhtiar, daya upaya, sedapat-dapatnya, melakukan sesuatu untuk mencari jalan keluarnya, mengambil tindakan sebisanya. Desi Anwar (2003:579).
Kerjasama antara pengurus majelis taklim, DKM Assalam, Pengurus RW, Pengurus RT dan warga masyarakat sangat dibutuhkan. Perlu diadakannya pertemuan untuk membahas segala hal yang dibutuhkan dalam proses pendidikan agama Islam non formal.
Perlunya perencanaan, pengumpulan dana dan penganggaran biaya untuk keperluan pendidikakn.

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian
1. Penyusunan Proposal
Sebelum menetapkan judul penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan penyusunan proposal. Proposal ini kemudian diajukan ke pihak STAI Siliwangi Bandung melalui dosen terkait yang menangani proposal Skripsi, dalam hal ini dosen yang ditunjuk akademi yaitu Dra. Lisde Sulistyawati. M.Pd selaku dosen seminar skripsi. Setelah pengajuan proposal skripsi langkah selanjutnya adalah menunggu pengesahan judul dan pengangkatan dosen pembimbing oleh STAI Siliwangi Bandung.
2. SK Pembimbing
Terkait dengan pengajuan proposal skripsi tersebut diatas, setelah menunggu selama kurang lebih 2 bulan akhirnya pihak STAI Siliwang Bandung mengeluarkan surat keputusan tentang pengesahan judul dan pengangkatan dosen pembimbing. Adapun secara terperinci surat keputusan tersebut diatas tertanggal 25 Maret 2010 dengan nomor Skep-450-A/ STAI/III/2010, isi surat keputusan tersebut pada intinya adalah pengesahan judul penulias dan pengangkatan dosen pembimbing yaitu:
a. Prof. DR. H. OYO SUNARYO MUKHLAS, M.Si (Sebagai Pembimbing I)
b. DRA. DEDAH JUBAEDAH, M.Si (Sebagai Pembimbing II)
3. Surat Izin Penelitian
Berdasarkan surat nomor skep………………….., maka penulis menindak lanjuti dalam rangka persiapan penelitian ke lokasi penelitian sehingga mendapat perizinan untuk penelitian dari kepala rukun warga 17 Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. Adapun surat tersebut tertanggal……………………. Dengan nomor………………………………. Yang isinya nenjelaskan tentang perizinan untuk penelitian mengenai Fenomena pembelajaran pendidikan agama Islam di lingkungan rw 17, Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
4. Bahan Literatur
Sebelum melakukan penelitian lebih jauh penulis melakukan pengumpulan bahan-bahan literature terkait dengan judul penelitian. Pada intinya penulis mengumpulkan bahan literature tersebut berdasarkan judul penelitian yaitu bahan literature yang berhubungan dengan fenomena pembelajaran pendidikan agama Islam untuk wanita-wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. Setelah terkumpul bahan literature tersebut penulis mencari teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian agar memudahkan dalam proses penelitian dan penusunan skripsi selanjutnya. Adapun bahan-bahan literature tersebut terdiri dari buku, makalah, diktat, dan hasil penelitian orang lain (sripsi, atau laporan penelitian yang telah dilakukang seseorang) bahan literatur tersebut adalah Profil Desa Karang Satria, Ekspose Desa Karang Satria, Lembar Pertanggung jawaban pengurus, Daftar Absen Peserta Didik, dan foto-foto dokumentasi.

5. Persiapan Wawancara
Untuk mengali informasi dalam rangka memperoleh data yang lengkap terkait dengan judul skripsi penulis yaitu tentang fenomena pebelajaran pendidikan agama Islam non formal untuk wanita-wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, maka penulis mempersiapkan bahan-bahan pertanyaan seputar pokok bahasan penelitian, yang terlampir pada bagian akhir skripsi ini.
Sumber atau objek wawancara adalah peserta didik, guru masyarakat dan tokoh masyarakat setempat. Adapun teknik wawancara penulis melakukan dengan teknik wawancara tidak berstruktur, yaitu bentuk wawancara yang jawabannya diserahkan sepenuhnya kepada interviewee (yang diwawancarai).
Kemuidan untuk menghindari persepsi yang tidak baik dan menghindari timbulnya fitnah antar sesama muslimah, penulis berusaha keras merahasiakan jawaban masing-masing individu, agar tidak saling menyalahkan dan memperhambat jalannya proses pembelajaran.
Dalam rangka memudahkan wawancara, serta mengarahkan kegiatan ini pada poin-poin materi yang dibahas (daftar kisi-kisi), penulis telah merumuskan kisi-kisi wawancara terlampir, namun daftar kisi-kisi tersebut tidak terlalu banyak karena untuk wawancara tidak berstruktur (terbuka yakni pertanyaan yang memerlukan jawaban luas, tidak terbatas ya atau tidak, setuju tidak setuju.
6. Persiapan Observasi
Observasi penulis lakukan untuk menggali data lapangan yang lebih lengkap. Penulis melaksanakan observasi pengamatan terhadap obyek penelitian bertujuan ingin mendapatkan gambaran seobyektif mungkin tentang kondisi obyek dan kegiatan yang dilaksanakannya. Observasi juga bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah kegiatan yang dilaporkan hasil wawancara dengan para informan sesuai dengan fakta yang ada.
Pada hakikatnya, observasi yang penulis lakukan mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:
a. Penulis dapat melihat langsung kondisi actual proses pembelajaran pendidikan agama Islam non formal untuk wanita-wanita muslimah di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.
b. Penulis menganalisa hubungan kausalitas (sebab akibat) yang mempengaruhinya dengan berdasarkan data atau informasi yang relevan.
c. Melalui observasi, penulis dapat mengklasifisasikan sebagai sumber informasi serta merumuskan teknik mengumpulannya.
Data hasil observasi penulis klasifikasikan ke dalam data pernyataan tentang kegiatan yang berlangsung dan data paparan objektif seputar lokasi penelitian. Berdasarkan suvey dan observasi penulis, peserta didik yang biasa hadir dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam antara 5-30 orang muslimah dengan latar pendidikan agama yang berbeda.

B. Pelaksanaan Penelitian
1. Wawancara
Dalam melakukan wawancara terdapat beberapa kalangan yang menjadi sumber data penelitian, mereka adalah:
a. Warga muslimah baik yang mengikuti proses pendididikan maupun yang tidak. Penulis memperoleh gambaran tentang seharusnya pendidikan dilaksanakan dan bagaimana pendidikan yang diharapkan, serta berbagai alasan dari kaum muslimah yang tidak mengikuti pendidikan agama Islam non formal.
b. Guru/ pemateri/ ustad/ ustadah yang mengisi pendidikan agama Islam di lingkungan Perumahan Bumi anggrek Blok T-U. Penulis memperoleh informasi tentang sumber materi pelajaran, sarana yang seharusnya di persiapkan, metode belajar dan media pembelajaran.
c. Tokoh Agama dan tokoh masyarakat dilingkungan Perumhan bumi Anggrek Blok T-U. penulis mendapatkan berbagai informasi tentang rencana-rencana pengangaran dana untuk kepentingan pendidikan Agama Islam (khususnya pendidikan agama Islam non formal) di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U yang belum terealisasikan semua kakrena anggaran dana. Pada dasarnya semua tokoh masyarkat sangat mendukung berjalannya proses pembelajaran pendidikan agama Islam non formal di wilayah rukun tetangga mereka.
Dengan melihat pada hasil wawancara, penulis dapat menyusun laporan skripsi ini dengan baik. Pihak-pihak yang telah diwawancarai dalam waktu dan tempat yang berbeda tersebut pada umumnya merasa senang dengan respons masing masing. kepada nara sumber yang telah berdialog dengan penulis, kami ucapkan terima kasih.
2. Observasi
Menurut Syamsu Yususf (2003:13)” Observasi ialah cara mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap suatu keadaan, suatu, peristiwa, kegiatan, atau perilaku”. Sedangkan dalam kamus lengkap bahasa Indonesia” Observasi berarti: Pengamatan, peninjauan secara cermat” (Dessy Anwar, 2005:228).
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, penulis berusaha mengamati proses pembelajaran pendidikan Agama Islam untuk wanita-wanita musliamah yang terjadi di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. Desa Karang Satria, kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.
Penulis telah mengikuti proses pendidikan agama Islam non formal sejak berdirinya Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U yaitu sekitar tahun 2003 lalu, hanya saja dulu sebatas ta,lim saja, baru tahun-tahun ini lah ada pendidikan Bahasa Arab, tahsin, pendidikan keterampilan dan kelompok-kelompok belajar (liqo) di setiap RT. Dari pengamatan langsung inilah penulis dengan jelas melihat segala faktor pendorong dan penghambat dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang ada di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
Proses pembelajaran tidak seluruhnya dilaksanakan di Masjid Assalam Blok T-U yang memiliki luas 196 M2, dibangun pada tahun 2003, tetapi hampir secara keseluruhan dilaksanakan bergillir dari rumah warga yang mengikuti proses pembelajaran. Bahkan di RT 06, warga muslim wajib akan mendapatkan tempat bergilir setiap malam senin untuk pendidikan agama Islam, meski setiap warga tidak pernah mengikuti pendidikan. Karena diharapkan dari pertemuan yang pertama itu lah mereka akan tertarik dengan materi pelajaran agama Islam. Hanya ada 2 proses pendidikan yang dilaksanakan di Masjid Assalam, yaitu pendidikan agama Islam gabungan dari seluruh blok yang ada di Bumi Anggrek, dan ta’lim mingguan warga Blok T-U.
Secara geografis Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U letaknya bersebelahan (sebelah selatan) dengan blok R-S Perumahan Bumi Anggrek, dan bagian depannya bersebelahan dengan Blok P-Q Perumahan Bumi Anggrek, dan sebelah Utara berbatasan dengan Blok B Perumahan Vila Mutiara Gading II, adapuan ditinjau secara global Perumahan Bumi Anggrek terletak berbatasan dengan Perumahan Vila Mutiara Gading II dan Perumahan Alamanda, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Kompa Desa Karang Satria. Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Alamanda Desa Satria Jaya Kecamatan Tambun Utara. Sedangkan sebelah selatannya berbatasan dengan area persawahan penduduk Desa Karang Satria dan sekitarnya.
Ditinjau dari segi tipe bangunan Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U terdiri dari tipe 21/60M2 berjumlah 636 bangunan, tipe 36/84M2 berjumlah 64 bangunan, tipe 45/156M2 dan tipe 100/200M2 berjumlah 23 bangunan, sehingga jika di total semuanya berjumlah 734 bangunan. Dan dari tipe bangunan-bangunan tersebut ada yang masih orisinil dan yang sudah direnovasi. Kemudian dari bangunan tersebut ada yang sudah dihuni ada yang masih kosong.
Berdasarkan data monografi yang penulis peroleh dari ketua Rukun Warga (RW)17 Perumahan Bumi anggrek Blok T-U bahwa warga yang mendiami Blok T-U sampai dengan juni 2010 sebanyak 540 Kepala Keluarga, dengan rincian terdiri dari warga yang beragama Islam 482 KK, yang beragama Kristen 51 KK, yang Beragama Hindu 4 KK, yang beragama Budha 3 KK.
Ditinjau dari aspek sosial ekonomibahwa profesi warga Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U terdiri dari Pegawai Swasta (karyawan), Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta, guru, dosen, dan pedagang. Dan beberapa profesi tersebut yang mayoritas adalah Karyawan swasta. Sedangkan profesi lainnya hanya sebagian kecilnya, seperti pedangang cukup banyak karena banyak terjadi pemutusan hubungan kerja dari PT Swasta yang gulung tikar.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang penulis lakukan dengan berupaya mengumpulkan dokumen-dokumen berupa foto, bagan dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan aktifitas proses pembelajaran pendidikan agama Islam di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. dokumen tersebut penulis peroleh dari Ketua RW, Pengurus DKM dan Ketua Majelis Ta,lim dan pengalaman langsung.

D. Analisis Data
Berdasarkan data yang berhasil penulis kumpulkan, maka dalam proses analisis data dengan berpedoman dengan pendekatan kualitatif melalui beberapa tahapan:
1. Reduksi Data
Data atau informasi yang diperoleh dari lapangan sebagai bahan mentah direduksi(pengurangan/ pemotongan), dirangkum, disusun secara sistematis, dipilih hal-hal yang pokok, atau di fokuskan kepada hal-hal penting, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas atau tajam tentang hasil yang telah diperoleh.
2. Dokumentasi Data
Untuk mendapat gambaran yang utuh dari data yang utuh berdasarkan dari data yang diperoleh, atau gambaran tentang keterkaitan antara aspek yang satu dengan yang lainnya, maka penulis membuat dokumennya dalam betuk foto.
3. Mengambil Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dan setelah itu dilakukan analisis data tersebut. Kemudian langkah selanjutnya penulis dapat mengambil kesimpulan setelah melakukan hipotesa terhadap penelitian tersebut.
4. Verifikasi
“Verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan”(Dessy Anwar:387). Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan verifikasi terhadap sumber data yang diperoleh agar memperoleh data yang relevan dan signifikan. Oleh karena itu, verifikasi menjadi sangat penting agar data yang diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

D. Hasil Wawancara
Berdasarkan data yang berasal dari hasil wawancara, maka penulis menjelaskannya dalam bentuk paparan atau uraian. Adapun sumber data selaku objek wawancara terdiri dari tiga sumber data yaitu warga muslimah baik yang mengikuti pendidikan maupun yang tidak mengikuti pendidikan, kemudian guru/ pemateri, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Selanjutnya dari hasil wawancara tersebut tertuang dalam uraian berikut:
1. Hasil wawancara tentang Proses pembelajaran, kurikulum/ materi pelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, sarana prasarana
a. Sebagian wanita muslimah berpendapat bahwa proses pembelajaran, pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U, sudah berjalan dengan baik dan lancar serta berkesinambungan, tinggal bagaimana menarik antusias tetangga muslimah untuk datang ke tempat belajar. Namun sebagian mengatakan tidak sempat atau tidak ada waktu untuk belajar karena bekerja sebagai karyawan, sebagai ibu rumah tangga, maupun pegawai negeri.
Sumber belajar, media pembelajaran serta sarana pendidikan, memang dinilai semua pihak terasa kurang, buku-buku sumber belajar yang tidak jelas dibawa dan terllihat didepan mata, tempat yang sempit (kecuali masjid), media pembelajaran yang kurang memadai.
b. Guru/ pemateri menilai bahwa proses pembelajaran PAI non formal, telah berjalan dengan baik. Namun tak dipungkiri seringkali terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti anak-anak balita bertengkar, menangis, atau maju kedepan mendekati ustad untuk mengambil mikkrofon, setidaknya suasana menjadi tidak mengenakkan, atau merengek ingin jajan, meminta ibunya untuk pulang, atau ibu harus pulang ke rumah untuk mengurus anaknya yang buang air besar dan lain sebagainya. Hal ini dapat mengganggu terserapnya materi pembelajaran secara utuh, mengenai kurikulum guru berusaha menyajikan informasi yang akurat, terbaik dan tidak melenceng dari ajaran agama. Senantiasa mengambil materi dari sumber yang menjadi rujukan para ulama. Mengenai media pembelajaran, sarana prasarana, tentu guru-guru disini mengaharapkan bantuan dari semua pihak untuk bisa membantu menyediakan guna tercapainya tujuan pembelajaran secara menyeluruh. Dikarenakan guru-guru disini belum dapat membeli sendiri media pembelajaran yang modern. Selama ini perlengkapan belajar disiapkan oleh wanita-wanita yang ingin menyumbang saja, sejatinya belum ada anggaran untuk biaya perlengkapan selama sekian tahun proses pembelajaran berlangsung.
c. Tokoh agama dan masyarakat di Blok T-U, hampir seluruhnya beragama Islam, mereka merasa senang dengan adanya pendidikan agama Islam Non formal di Blok T-U ini, mereka juga sudah menyuruh para istri mereka untuk mengikuti kegiatan pendidikan, tetapi apa boleh buat hidayah hanyalah milik Allah SWT, tidak banyak istri-istri tokoh masyarakat yang mengikuti pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U. ada beberapa orang dari istri tokoh agama yang menjadi guru/ pengisi materi di kelompok-kelompok belajar di Blok T-U sendiri, seperti Ibu Siti Aminah, Ibu Jumiyati, Istri dari Bapak Ali Ghazi selaku ketua DKM Masjid As Salam. Mengenai kurikulum dan sumber belajar, para tokoh agama dan masyarakat menyerahkan sepenuhnya kepada guru/ pemateri untuk menyusun dan mencari kitab-kitab yang menjadi sumber belajar. Mengenai sarana, media pembelajaran tokoh masyarakat berusaha menggangarkan dana dari sisa-sisa kebutuhan yang mendesak dari keuangan DKM, karena selama ini kas DKM belum mencukupi untuk kebutuhan Masjid Assalam, namun belum terealisasi untuk perlengkapan belajar, tetapi telah dianggarkan dana untuk membayar ustad/ Ustadah di Majelis Ta’lim, walau belum semuanya guru terbayar dengan uang anggaran DKM. Seperti kelompok-kelompok belajar guru kadang tidak dibayar, atau seikhlasnya dari peserta didik.

2. Hasil wawancara mengenai jenis-jenis pendidikan agama Islam Non Formal.
a. Muslimah Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U berpendapat bahwa proses pendidikan agama Islam non formal telah berjalan dengan lancar, walaupun dengan berbagai segala keterbatasan, seperti sarana pendidikan dari rumah kerumah warga terkadang kurang memadai. Pendidikan untuk wanita muslimah sejatinya tidak hanya mengenai materi keagamaan saja melainkan pendidikan kreatifitas dan kerajinan memasak, membuat kue, pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, training, olahraga sudah cukup banyak. Meski pendidikan kreatifitas dan olah raga tidak terdapat dalam materi pelajaran agama, penulis beranggapan bahwa hal tersebut masih ada keterkaitan dengan ajaran agama Islam, seperti mempersapkan diri untuk menjadi ibu yang bisa melayani keluarganya, ibu yang sehat fisik dan jiwanya untuk mengurus dan mendidik keluarganya.
b. Guru merespon tentang jenis pendidikan yang telah ada memang telah cukup beragam, namun bila ada usulan-usulan lain, tentang jenis pendidikan apa saja yang sifat nya mengembangkan potensi peserta didik dan tentunya bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri, maka para guru sangat terbuka dan mempertimbangkan usulan-usulan dari masyarakat.
c. Tokoh agama dan masyarakat tidak terlalu banyak mengetahui macam-macam jenis pendidikan, mereka hanya mengetahui bahwa ada pendidikan di majelis ta’lim, kelompok belajar di setiap RT. Kalau seminar dan training diadakan oleh lembaga pendidikan dii Blok T-U bari tokoh masyarakat mengetahuinya karena meminta izin kepada Ketua RW dan ketua RT setempat, jika diadakan oleh Blok-blok lain dan warga muslimah diundang, dipersilahkan tanpa arus meminta izin kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama, asalkan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik itu sendiri.

3. Hasil wawancara tentang latar belakang Profesionalisme guru, dan cara mengajar, dan respon peserta didik dalam Menerima pelajaran
a. Muslimah merespons bahwa para pengajar berlatar belakang profesionalisme guru sudah cukup bagus, dengan sekian banyak hafal dalil-dalil ketika menerangkan materi pelajaran. Tulisan dan bahasa arab yang sangat bagus, namun memang terkadang peserta didik fasif artinya hanya mendengarkan saja. Kurang memadukan berbagai metode pembelajaran seperti di sekolah-sekolah. Kurang sistematis dalam sumber materi. Peserta didik menghrapkan pembahasan secara berurutan mengenai kitab tafsir yang dibahas tentu saja dimulai dari surat satu berurutan sampai dengan surat terakhir, dan menyertakan kitab-kitab yang dibahas.
b. Guru satu dengan yang lain merespon bahwa mereka telah berusaha keras memberikan yang terbaik untuk peserta didik, berbagai pengetahuan berusaha untuk disampaikan dan tidak ada yang disembunyikan. Mereka berharap antara guru salling mendukunng, bertujuan yang sama membentuk perserta didik supaya cerdas, berakhlakul karimah, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kreatif, inofativ, mandiri, rajin beramal sholeh, menjadi surtauladan bagi keluarganya, mendidik keluarga menurut ajaran Islam.
c. Tokoh agama dan masyarakat mengharapkan, guru mampu membimbing warga dan umatnya kedalam ajaran agama yang benar sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah, mendidik dan menjadikan warganya shaleh, kreatif, saling membantu, saling menghormati. Guru bukan saja harus pintar dan berlatar pendidikan tinggi, namun yang perlu ditekankan adalah menjaga, mensuport perdamaian, kerukunan hidup antar tetangga, tidak membeda-bedakan suku, kulit dan ras dalam social kemasyarakatan. Tidak membesar-besarkan perbedaan khilafiyah.

4. Hasil wawancara tentang antusias warga muslimah dalam mengikuti PAI Non Formal
a. Muslimah yang telah mengikuti pendidikan agama Islam non formal merespons bahwa semangat dan antusias wanita muslimah lainnya dalam mengikuti proses pendidikan sangat kurang, karena jika dilihat dari data-data dalalm survey bisa dilihat terdapat beberapa orang yang sama dalam kelompok belajar satu dengan kelompok belajar lainnya. Bila diajak mengikuti proses pembelajaran, maka berbagai alasan-alasan klasik dilontarkan. Selanjutnya kami hanya berdoa semoga muslimah yang belum bisa mengikuti proses belajar diberikan hidayah untuk segera mengikuti proses pembelajaran PAI di Blok T-U, dan lebih banyak membaca buku-buku Islami, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari pengetahuan.
b. Guru merespon bahwa tidak mudah mengajak warga muslimah untuk mengikuti proses belajar mengajar, diperlukan keuletan, kesabaran, daya tarik dengan menberitahukan materi-materi yang disampaikan menarik, memberikan suritauladan yang baik disetiap gerak dan sifat guru.
c. Tokoh agama dan masyarakat merespons bahwa semangat dan antusias individu akan muncul ketika teman-teman dekatnya mengajak, teman-temannya membicarakan materi pelajaran yang menarik, atau teman-temannya memberikan masukan yang bersifat penyelesaian masalah, atau ada dorongan dari keluarga khususnya suami, artinya bukan hanya sebatas disuruh atau diperintah berangkat, tetapi sebaiknya suami mengerti untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah istrinya. Yang terpenting tentunya semua berdoa agar pasangan hidupnya menjadi pasangan yang menyejukkan mata, menjadi pasangan yang shalehah.

5. Hasil wawancara tentang faktor-faktor pendorong dan penghambat proses pembelajaran.
a. Muslimah merespons bahwa faaktor pendorong proses pembelajaran pendidikan agama Islam di Blok –T-U adalah kesadaran menuntut ilmu adalah wajib, ingin menimba ilmu dan bersilaturahmi, ingin meniru akhlak guru, ingin terhindar dari segala permalahan/ memecahkan permasalahan dengan ilmu agama, memanfaatkan waktu luang, latar belakang pendidikan agama masa lalu yang kuarrang, materi agama yang menarik, lingkungan yang islami, media pembelajaran yang moren dan canggih dalam pendidikan seminar, training. Tertarik dengan kajian keislaman yang actual. Ilmu yang dicari adalah mendesak dan sangat dibutuhkan seperti memasak, membuat kue untuk melayani keluarga. Ingin berlomba-lomba beramal saleh dan menghafal Al Qur’an yang banyak.
b. Faktor penghambatnya adalah sarana yang kurang memadai, anak-anak yang tidak bisa ditinggalkan setidaknya akan mengganggu konsentrasi belajar, kesulitan membagi waktu dengan keluarga bila hari libur, dan jika kedatangan tamu.
c. Guru merespon faktor pendorong dalam proses belajar yaitu kewajiban mengajarkan suatu ilmu, silaturahmi, ingin membentuk kerja sama dengan kaum muslimah, ingin menjadikan wanita-wanita yang tangguh dan saleh.
d. Faktor penghambat adalah keterbatasan sarana belajar, media pembelajaran, alat tulis dan papan tulis, buku diktat/ foto kopi makalah karena muslimah sering tidak sempat menulis. Dana untuk keperluan lain, seperti sumbangan social, anggaran untuk traning dan seminar karena jika tidak dibayar oleh kelompok, peserta didik sering keberatan untuk mengeluarkan dana sendirian.
e. Tokoh agama dan masyarakat merespon faktor pendorong proses belajar adalah suasana lingkungan yang tidak terganggu oleh bisingan kendaraan bermotor, letak masjid yang strategis berada ditengah perumahan, persetujuan dari semua tokoh masyarakat bahwa pendidikan agama Islam yang sifatnya mengembangkan petensi tidak dilarang. Faktor penghambat adalah anggaran untuk menyediakan alat-alat bantu pelajar, peralatan dan tempat yang layak untuk pendidikan agama Islam nn formal di Blok T-U, pdahal kami sedang membangun posyandu yang baru tahap awal, itupun terhenti karena dana yang tidak mencukupui.
6. Hasil wawancara tentang upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan
a. Muslimah merespon bahwa upaya dalam mengatasi segala hambatan seperti membagi waktu antara belajar dan mengurus rumah tangga, maka semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan lebih awal. Mengenai hal sarana dan media pembelajaran sebaiknya di bicarakan lebih lanjut dengan tokoh agama pengurus DKM, Majelis ta’lim, tokoh masyarakat, dan warga.
b. Guru berpendapat bahwa dalam proses belajar mengajar akan memadukan beberapa metode, mencari bahan/ materi dari sumber yang menjadi rujukan para ulama. Guru menganjurkan agar mencari ilmu dengan cara membaca buku-buku Islam, mengunkan media elekktonik untuk mencari ilmu agar pengetahuan peserta didik lebih luas dan tidak membosankan.ingin mengadakan belajar dengan suasana menyejukan dan dialam terbuka, seperti ditaman, lapangan dan dikebun.
c. Tokoh agama dan masyarakat akan bekerja sama bahu membahu, mengumpulkan dana dari masyarakat, tentunya dengan bantuan ketua RT dari setiap RT untuk memulai kembali mengambil infaq dari masyarakat untuk ke masjid secara rutin. Kamii juga akan menggangarkan dana untuk kepentingan pendidikan seperti menyediakan mikkrofon, alat tulis, papan tulis, sarana pendidikan jika memungkinkan.

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan kepada informan yaitu kepada wanita-wanita muslimah, kepada guru/ pemateri pendidikan, kepada tokoh agama dan masyarakat. Dapat digambarkan secara ummum bahwa. Fenomena pembelajaran pendidikan agama Islam telah berjalan dengan baik dan terdapat beberapa macam jenis pendidikan walau dengan berbagai keterbatasan kurikulum, waktu, tempat, media dan sarana pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara yang memuat dua puluh enam pertanyaan untuk muslimah, lima pertanyaan untuk guru/ pemateri, lima pertanyaan untuk tokoh agama dan masyarakat. Pada intinya informan tersebut diatas menggambarkan respons masing-masing tentang pendidikan agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U. apabila digambarkan secara spesifik berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas bahwa proses pembelajaran pendidikan agama Islam telah berjalan dengan baik dalam kurun waktu yang telah lama, meski tidak berbarengan terbentuknya kelompok-kelompok belajar ini. Mudah sekali terbentuk kelompok-kelompok belajar namun hanya separuh saja yang bertahan hingga kini. Dari tahun 2003 setelah Blok atau daerah ini terisi penduduk, langsung saja mengadakan ta,lim di sebuah rumah yang belum dibangung (kosong) waktu itu pengisinya didatangkan dari Pondok Kopi Jakarta dengan guru nya Bu De Tris. Makin lama ta’lim semakin besar dan pindah ke Masjid As Salam setelah di Bangun. Kemudian disusul dengan terbentuknya kelompok belajar yang lain.

B. Pembahasan Penelitian
1. Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U
Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah/ gejala/ sesuatu yang luar biasa/ fakta/ kenyataan. Desi Anwar (2003:140).
Pembelajaran adalah merancang, mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas, membimbing, memfasilitasi agar peserta didik mau dan mampu belajar, proses untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, memanfaatkan mengembangkan potensi. Wina Sanjaya (2008:78, 79, 84)
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh seseorang pendidik kepada peserta didik agar ia menjadi orang yang lebih baik. Ahmad Tafsir (2001:26)
Pendidikan menurut Rochidin adalah proses berjalannya suatu hubungan antara pendidik dan yang terdidik dengan didahului oleh tujuan tertentu. Rochidin ( 2002:1)
Pengertian agama berasal dari bahasa Sangsekerta a tidak, gama kacau. Agama adalah tidak kacau. Dimaksudkan agama merupakan peraturan-peraturan bagi manusia agar dalam kehidupannya tidak kacau.
Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang berintikan keimanan dan perbuatan amal. Sayyid Sabiq (2004:15)
Non formal adalah berasal dari kata formal yang artinya resmi/ sungguh-sungguh, sedang non formal adalah tidak resmi. Desi Anwar (2003:145)
Jadi devinisi Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non Formal adalah fakta tentang proses membimbing, memfasilitasi, mengembangkan segala potensi agar perkembangan potensi dan perubahan tinggah laku peserta didik, kearah yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan oleh agama Islam yang berlangsung diluar pendidikan resmi yaitu dilingkungan Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
Proses pendidikan agama Islam non formal untuk wanita muslimah di perumahan Bumi Anggrek Blok T-U selama ini berlangsung lancar meskipun dengan segala keterbatasan, seperti sarana prasarana (untuk kelompok belajar, tempat terlalu sempit) karena proses pembelajaran bertempat dirumah- rumah penduduk yang bertipe-21. Suasana belajar sering tergangu dengan tangisan anak, rewelnya anak yang dibawa oleh ibunya karena tidak ada orang rumah yang dititipi anak (kebanyakan ibu rumah tangga di Blok T-U tidak memiliki Mukhadimah/ pembantu).
Sedangkan pendidikan yang diadakan oleh Majelis Ta’lim berlangsung di dalam masjid Assalam, hal ini menimbulkan sedikit permasalahan yaitu wanita yang sedang haid tidak bisa mengikuti proses belajar di dalam masjid karena wanita muslimah berpedoman kepada, perintah Allah Swt. (QS An Nisa :94). Hal ini sangat dibutuhkan sebuah aula atau bangunan majelis taklim selain masjid untuk tempat pendidikan non formal,
             •                                •    • 

43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.

Proses pembelajaran terkadang kurang efektif karena waktu belajar yang lebih sedikit yaitu satu setengah jam-sampai dua jam (namun tidak dimaksimalkan oleh peserta didik, terkadang waktu digunakan untuk saling menunggu teman yang belum datang), dan proses penyampaian materi dilaksanakan sekali dalam sepekan. Waktu yang cuma satu jam setengah sampai dua jam terkadang dipakai untuk membahas permasalahan/ pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik, terlalu banyak bercanda dan mengobrol ketika pembelajaran sedang berlangsung.
Materi pelajaran dan sumber belajar dalam pendidikan agama Islam, pada intinya adalah Al Qur’an karena Al Qur’an sebagai materi pendidikan dan pelajaran bagi orang yang bertakwa. A. Djuaeni (2003:6).
Hal ini diterangkan oleh Allah Swt dalam QS Al Imron:138
  ••    
138. (Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Sumber belajar seperti kitab tafsir dan kitab pendukung lainnya tidak pernah dibawa ke tempat berlangsungnya proses belajar, sehingga pembicaraan sering jauh melengceng kepada materi diluar pembahasan.
Perlengkapan belajar seperti; papan tulis yang terlalu kecil, spidol dibutuhkan terus menerus namun luput dari perhatian penganggaran dananya.
Media-media pembelajaran sederhana seperti proyektor, tipe recorder, pengeras suara, papan tulis, gambar/ benda-benda sekitar untuk membantu proses pendidikan, lembaran tugas yang harus diisi oleh peserta didik, sebagian mudah diperoleh namun sebagian sulit diperoleh.
Guru di majelis taklim telah mengalami beberapa pergantian materi pelajaran, mengakibatkan guru tidak menguasai dengan sempurna pelajaran yang disampaikan.
Metode belajar yang telah digunakan (seperti, menggunakan metode ceramah, demonstrasi, pemahaman, tanya jawab, rihlah, pemberian tugas, hafalan), mendidik secara kelompok, suri tauladan.
Berikut kurikulum Pendidikan Agama Islam di Bumi Anggrek Blok T-U:
Pend. Materi Pend. Sumber materi Metode Pend. Media Pend.
Majelis Ta’lim 1. Hadits

2. Al Qur’an tafsir

3. Aqidah

4. Fiqh

5. Kajian umum Hds. Arbain

Al qur’an dan tafsir Ibnu Katsir.

Aqidah Sayid Sabiq

Fiqh Tharhib watarhib

Majalah, buku, internet, sejarah Islam Kuliah, Pemahaman
Drill membaca hadis.
Kuliah. Demonstrasi
Pemahaman, taubat dan ampunan, rihlah
pemahaman, taubat dan ampunan.
Ceramah, demonstrasi, pemahaman
Ceramah, diskusi, tanya jawab, pemahaman, taubat dan ampunan. White board
Buku hadis.

Al Qur,an
Kitab tafsir

Buku Aqidah Sayid Sabiq

Buku fiqh, perlelngkapan sholat.
Foto copian/ hasil internet, buku sejarah Islam, majalah
Kelompk belajar I 1. Al Qur’an
2. Hafalan ayat
3. Hadis
4. fiqh
5. Pengetahuan umum 1) Al Qur’an
2) Zuz amma
3) Sarah hadis arbain, hadis riadusshalihn
4) Fiqh Sayid Sabiq
5) Ulumul Qur’an
6) Sumber pengetahuan umum Ceramah,
Tahfied pemahaman, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, pemberian tugas, rihlah, studi perbandingan/ kunjungan ke mesjid lain White board
Al Qur’an terjemah, zuz amma, buku tulis, daftar hafalan, daftar tugas yang harus di isi di rumah, buku hadis, fiqh, foto copian pengetahuan umum.
Kelompok belajar 2 1. Qur’an
2. Hafalan ayat
3. Hadis
4. fiqh
5. Pengetahuan umum 1. Al Qur’an
2. Sarah hadis arbain, hadis riadusshalihn
3. Fiqh Sayid Sabiq
4. Ulumul Qur’an
5. Sumber pengetahuan umum Ceramah, pemahaman, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, pemberian tugas, hafalan, rihlah, studi perbandingan/ kunjungan ke mesjid lain White board
Al Qur’an terjemah, buku tulis, daftar hafalan, daftar tugas yang harus di isi di rumah, buku hadis, fiqh, foto copian pengetahuan umum.
Kelompok belajar 3 1. Al Qur’an
2. Hafalan Ayat
3. Hadis
4. fiqh
5. Pengetahuan umum
6. Bahasa Arab • Al Qur’an
• Sarah hadis arbain, hadis riadusshalihin
• Fiqh Sayid Sabiq
• Ulumul Qur’an
• Sumber pengetahuan umum
• Bahasa Arab Ceramah, pemahaman, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, pemberian tugas, hafalan, rihlah, studi perbandingan/ kunjungan ke mesjid White board
Al Qur’an terjemah, buku tulis, daftar hafalan, daftar tugas yang harus di isi di rumah, buku hadis, fiqh, foto copian pengetahuan umum.
Kelompok belajar 4 1. Al Qur’an
2. Sejarah Islam
3. Hadits
4. Terjemah Al Qur’an perkata • Al Qur’an
• Sejarah Islam
• Hadits
• Al Qur’an
Terjemah perkata Ceramah, pemahaman, diskusi, tanya jawab, tahfied. White board, foto copian Al Qur’an terjemah per kata, buku hadits, foto, buku tulis
Kelompok belajar 5 1. Yasin dan tahlil
2. Al Qur’an Tajwid • Yasin dan tahlil
• Al Qur’an dan tajwid Demonstrasi
Drill/ latihan, ceramah Buku yasin dan tahlil, Al Qur’an dan Tajwid
Seminar-seminar 1. Bunda manejer kelurga.

2. 25 kiat membentuk anak hebat
3. Kecerdasan majemuk.
4. Membina guru
5. Koperasi Mandiri
• Buku menejer keluarga
• Buku 25 kiat membentuk anak hebat
• Makalah kecerdasan anak
• Makalah
• Pengetahuan tentang koperasi • Ceramah,
• pemahaman,
• tanya jawab,
• Diskusi
• bermain peran.
• Driil/ latihan
• Hadiah bg pemenang permainan
• Proyektor
• Sarana belajar
• Buku-buku yang sesuai dengan materi
• Soal-soal untuk kuis
1. Training Aqidah,
2. haji & Umroh, 2. Problematika umat
• iqra
• marifatul insan
• ma’rifatul alam
• ma’rifatullah
• syahadat
2. Haji dan Umroh • Sumber disiapkan oleh pemateri

• Buku dan penggalaman haji
Kuliah/ ceramah, pemahaman, tanya jawab, diskusi, permainan/Game Proyektor, makalah, buku tulis, perlengkapan belajar
1. Les bahasa Arab 1
• Bahasa Arab dasar

• Bahasa Arab dasar • Kitab Al Jurumiyah

• Makalah b. Arab Al Hikmah kuliah
Demonstrasi
Imla, tanya jawab
hafalan, drill, pemberian tugas. Buku Bahasa arab, buku tulis, white boar, benda-benda sekitar.
Les tahsin/ tajwid Tajwid/ tahsin Buku pedoman dauroh Al Qur’an (Al Hikmah. Jakarta) Kuliah/ ceramah, demonstrasi, drill/ latihan, tanya jawab. Buku tajwid, white boar, Al Qur’an, tipe recorder, buku tulis
Les membaca Al Qur’an
Blok T dan Blok U Belajar membaca Al Qur’an bagi wanita yang belum bisa/ belum lancar • Buku Iqra’
• Al Qur’an
• Buku Tajwid Demonstrasi
Drill/ latihan Al Qur’an, tajwid, meja belajar, alat untuk menunjuk huruf, tipe recorder
Pend. Keterampilan memasak Praktek membuat kue/ masakan lainnya • Ilmu pengetahn. Wanita muslimah
• Buku memasak • demonstrasi Bahan-bahan untuk praktek, peralatan memasak, buku petunjuk memasak
Pend. Keterampilan tangan Praktek membuat gantungan kunci dari mute-mute, membuat setrimin • keahlian wanita muslimah
• buku kreatifitas demonstrasi • Bahan-bahan kerajinan
• Buku kreatifitas
Pend. olahraga Senam nusantara • Dari VCD drill • Tipe/ laptop
• Pengeras suara
• Sarana lapangan yg luas

2. Jenis-jenis Pendidikan Agama Islam Non formal untuk Wanita-wanita Muslimah, Materi, Sumber, Waktu, Tempat dan Pengajar

No Jenis Pend waktu tempat Materi Guru/ustad
1 Majelis Ta’lim Kamis ke 1 Masjid As Salam Hadis Ustd. Nurhasan
Kamis ke 2 Masjid As Salam Al Qur’an dan Tafsir Ustdh. Maswah
Kamis ke 3 Masjid As Salam Aqidah Akhlak Ustdh. Yeti Sulfiyati
Kamis ke 4 Masjid As Salam Fiqh Ustdh. Winangsih
Kamis ke 5 (jk ada) Masjid As Salam Pengetahuan Islam/ kajian umum Ustad dan ustadah pengganti/ panggilan
2 Kelompok belajar I Selasa pkl 16:00 wib di rumah ke rumah warga 1. Al Qur’an
2. telaah ayat
3. hadis
4. fiqh
5. hafalan
6. kajian umum Ustdh. Aminah
Kelompok belajar 2 Sabtu
Pkl. 16:00 wib Di rumah ke rumah warga
1. Al Qur’an
2. telaah ayat
3. hadis
4. fiqh
5. hafalan
6. kajian umum Ustadh. Aminah
Kelompok belajar 3 Jumat
Pkl. 16:00 wib Di RT 05 1. Sejarah Islam
2. Al qur’an Ustdh. Sudaryani
Kelompok belajar 4 Selasa
Pkl. 16:00
wib Di Rumah ke rumah warga 1. Al Qur’an
2. telaah ayat
3. hadis
4. fiqh
5. hafalan
6. kajian umum Ustdh. Dwi Nurjanah
Kelompok belajar 5 Kamis
Pkl. 18:15 wib Di rumah ke rumah warga 1. Yasinan
2. Al Qur’an tajwid Ustdh. Jumiati
3 Les Bahasa Arab Jumat pkl. 08:00-09:00 wib Di Rumah
Ibu St. Rohani Bahasa Arab diktat Al Hikmah Ustadah Siti Aminah
4 Les Tahsin/ Tajwid Sabtu pkl. 10:00-12:00 wib Di rumah bpk. Edo Blok U No. 236 Pedoman Dauroh Al Qur’an Ustdh. Siti Aminah
5 Pend. Kreatifitas dan kerajinan tangan:

Ditentuan kemudian Di rumah warga , ditentukan terlebih dahulu 1. Membuat setrimin
2. Menyusun bahan dari mute-mute.
3. Membuat bunga
4. Membuat bros a) Ustdh. Dwi Nurjanah
b) Ustdh. Aminah
6 Pelatihan/ praktek Memasak ditentukan kemudian Tempat ditentukan terlebih dahulu 1. Membuat Kue
2. memasak sayur Bergantian saling bertukar ilmu memasak dari wanita-wanita muslimah tersebut

7 Seminar-seminar Ditentukan kemudian Ditentukan kemudian 1. Bunda menejer keluarga.
2. Kecerdasan Majemuk
3. 25 kiat membentuk anak hebat.
4. Koperasi Mandiri
5. Haji
6. Pembinaan Guru 1. Dra. Irawati Istadi

2. Iis Sri Andiyani Sp Si
3. Nini Handrini
4. Ibu Sumiarti
5. Dewi Fitri Lestari S. Sastra Arab.
6. Mulyadi Bahar
Training (aqidah), Setahun sekali Ditentukan kemudian yg lalu di Blok N No. 31) 1. Problematika hidup.
2. Iqro
3. Ma’rifatul alam
4. Ma’rifatul insan
5. Ma’rifatullah 1. Dra. Sabriati M Pd i
2. Ir. Emi Patoyanti
3. 3. Dra. Irawati Istadi
8 Les privat membaca Al Qur’an Setiap hari sore kecuali hari dimana ada kegiatan liqo dan ta’lim Di Blok di rmah. Ustdh. Jumiyati 1. Keutamaan membaca Al Qur’an
2. Mengenalkan huruf
3. Merangkaikan perkata
4. Mengenalkan panjang pendk. bacaan Al Qur’an 1. Ibu Ustdh. Jumiyati untuk Blok T

3. Latar Belakang Profesionalisme , Cara Pengajaran dan Respon Pesera Didik dalam Menerima Pelajaran
Profesionalisme guru atau latar belakang pendidikan guru sudah sesuai dengan bidang yang ditekuni sekarang, sebagai pengajar pendidikan agama. Hampir sembilan puluh persen lulusan dari pesantren dan lembaga pendidikan Islam.
Proses atau cara penyampaian materi dari sebagian guru terkadang cukup menarik, namun terkadang penyampaian dari sebagian guru yang lain, kurang menarik.
Cara penyampaian materi dengan perlahan karena menyesuaikan daya tangkap dari para muslimah.
Sedangkan penerimaan atau respon wanita muslimah terhadap materi yang di ajarkan berbeda-beda, ada yang memiliki daya tangkap cepat, sedang, cukup, dan lambat. Ada respon yang biasa-biasa saja, namun ada yang bersemangat mengimplementasikan ilmu dalam kehidupannya. Respon wanita-wanita muslimah yang sudah mengikuti pendidikan lebih dari dua kali pertemuan atau lebih, minat untuk mengikuti pendidikannya semakin kuat, dan cenderung akan terus mengikuti, tetapi jika wanita muslimah kurang dari tiga kali saja mengikuti proses pendidikan sudah tidak sempat masuk lagi, maka cenderung akan keluar/ meninggalkan pendidikan itu, karena merasa ketinggalan, dan merasa malu.
Berikut adalah latar belakang pendidikan ustad-ustadah pembelajaran agama Islam di Perumahan Bumi Anggrek blok T-U.
a. Ustad Nurhasan lulusan dari Pesantren Attaqwa tahun 1989, cara mengajarnya sebelum ada perubahan dalam memegang materi, dulunya memegang materi Tahsin dan Tajwid lalu sekarang Hadist Arba’in, Riyadus Shalihin, sangat ditakut wanita-wanita muslimah, karena mereka takut disuruh kedepan bertalaqi langsung kepada ustadnya, namun atas usulan jama’ah muslimah sekarang mengalami perubahan dan tidak lagi ditakuti jama’ah ta’lim.bertempat tinggal di Ganda Agung Bekasi.
b. Ustadah Maswah, lulusan Gontor tahun……, menyampaikan Tafsir Al qur’an, pengalamannya cukup luas, sangat dihormati dan disegani serta disayangi jama’ah, karena penyampainya mudah dimengerti dan menarik minat kaum muslimah, tidak ada yang berbicara ketika Ustadah Maswah sedang bertausiah. Namun fisiknya sudah berusia lanjut dan sering sakit-sakitan, maka sering pula digantikan oleh menantunya yang faqih qiro’at Al Qur’an. Bertempat tinggal di Kampung Karang Congok, Bekasi.
c. Ustadah Winangsih, seorang Pengurus Badan Kontak Majelis Ta’lim As Syafi’iyah, bertempat tinggal di Kampung Gudang, menyampakan materi Fiqh, tutur katanya Sopan dan Santun, sangat di segani dan disenangi jama’ah Muslimah. Pengalamannya luas, mengikuti perkembangan Islam.
d. Ustadah Yeti Sulfiyati, memiliki gelar S.Pd, lulusan Ma’had Bahasa Arab Cikarang, ahli Bahasa Perancis, seorang pegawai negri di Madrasah Aliah Negri Wisma Asri. Usianya masih sangat muda lahir tahun 1975. pengalamannya luas, pemberani, dihormati wanita-wanita muslimah dan super sibuk, cara pengajarannya sangat menyenagkan, mudah dimengerti dalam menyempaikan materi Aqidah.bertempat tinggal di Perumahan Bumi anggrek Blok U.
e. Ustadah Siti Aminah, yaitu lulusan dari pesantren Tahfiz Al Qur’an Al Irsyad Pekalongan Jawa Tengah. Beliau adalah seorang yang Hafiz Al Qur’an, pengalamannya luas, masih rajin menuntut ilmu dalam kelompok belajar di luar perumahan. Tutur katanya sopan, lembut, tidak pernah meminta upah atas pekerjaannya, sangat disenangi, dan kami manjadikan beliau suritauladan dalam sikap, sifat dan kejujurannya, kerja kerasnya dan kesabarannya.
f. Ustad Dwi Nurjannah. Beliau adalah seorang yang tegas, cerdas, cekatan dan super sibuk, beliau lulusan Lembaga Pendidikan Al Hikmah Jakarta, yaitu bergelar Sarjana Sosial Penyiaran Islam. umurnya masih sangat muda, lahir tahun 1977, Beliau Hafiz Al Qur’an tanpa mondok di pesantren tahfiz. Beliau sangat tegas dan cantik. Sangat disukai banyak jama’ah liqo. Banyak peserta didiknya dari kalangan Guru-guru. Bertempat tinggal di Blok R-S Perumahan Bumi Anggrek.
g. Ustadah Jumiyati.beliau adalah pelopor dan pendiri majelis ta’lim di Blok T-U, guru frivat wanita-wanita muslimah yang belum bisa membaca Al qur’an, guru TPA Nurul ‘Ilmi, dan Pelopor pendiri Kelompok Belajar gabungan di Blok T-U. ulet, rajin dan tegas. Bertempat tinggal di Blok T.
h. Ustadah Sudaryani, lulusan pesantren Hidayatullah di Sulawesi, super sibuk karena mempunyai beberapa percetakan di Jakarta, pelopor pendiri Koperasi Umat Mandiri di Blok T-U, sebentar lagi InsyaAllah akan mendirikan Bank simpan pinjam Masyarakat Bumi Anggrek, pengalamannya luas terutama kajian Islam, aktif di Hidayatullah. Cara munyampaikan materi pelan-pelan tetapi harus mengenai sasaran (dalam pelajaran Terjemah al Qur’an perkata satu ayat tapi harus bener-bener hafal walau satu minggu). Tinggal di Blok U.
i. Ustad Yunus adalah Ustad pengganti atau mengisi pada minggu kelima, yaitu lulusan Universitas Islam Malaysia, sangat-sangat luas ilmu dan pengalamannya, berkata berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah, Kocak tetapi tidak keluar dari jalur Islam, sangat disenangi jama’ah. Tinggal di Vila Mutiara Gading Blok B
j. Ustad Ali Ghozi adalah ustad pengganti jika yang lain berhalangan hadir, sangat menguasai ilmu-ilmu yang kami tidak mengetahuinya, seorang dosen, perkataannya lembut, tidak pernah menyinggung suatu golongan mazhab, penyampaiannya sistematis. Beliau juga ketua DKM Masjid As Salam di Blok T-U ini. Tinggal di Blok T. dalam penyampaiannya cukup menarik dan tempat bertanya bagi jama’ah.

4. Antusias Wanita-wanita Muslimah dalam Mengikuti Pendidikan Non formal

Dari 487 kepala keluarga (dalam artian 487 orang ibu/ wanita muslimah)di Blok T-U, hanya sekitar kurang lebih 20-an orang wanita yang aktif di kegiatan majelis ta’lim, 9 orang wanita yang aktif di kelompok belajar I, 15 orang wanita yang aktif di kelompok belajar II, 11 orang wanita yang aktif belajar di kelompok belajar III, 10 orang yang aktif di kelompok belajar IV, 15 orang yang aktif di kelompok belajar V, les tajwid dan bahasa arab I sebanyak 14 orang, les bahasa arab II 2 orang, seminar-seminar sebanyak 15 orang lebih, training sebanyak 25 orang (hanya diadakan setahun dua kali), kel. Belajar kerajinan tangan peserta didiknya adalah gabungan dari kelompok belajar I dan II dan III (diadakan enam bulan sekali), kerajinan memasak (hanya diadakan enam bulan sekali), peserta didiknya gabungan dari kelompok belajar I dan II. Les Membaca Al Qur’an bagi Ibu yang belum bisa membaca Al Qur’an, blok U peserta didiknya sebanyak sebanyak 7 orang, blok T sebanyak 6 orang (diadakan dalam seminggu 3 x). setiap orang bisa mengikuti dua sampai tiga jenis pendidikan, untuk itu penulis tidak berani menyebutkan jumlah peserta didik secara pasti, karena cenderung wanita-yang itu-itu saja yang mengikuti pendidikan non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U.
Lembar Kerja Pertangung Jawaban Ketua RW: Bpk. Ratimin(2009)
Daftar wanita-wanita muslimah yang mengikuti pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U. (terdapat pada lampiran)

5. Faktor-faktor yang Mendorong dan Menghambat Proses Pembelajaran
a. Faktor-faktor yang mendorong proses pembelajaran
1) Kesadaran masyarakat dalam beragama.
2) Kewajiban menuntut ilmu.
3) Semangat yang pantang menyerah baik guru maupun peserta didik.
4) Belajar sambil bersilaturahmi dan bersosialisasi.
5) Akhlaq guru/ ustad/ ustadah yang terpuji mendorong kita ingin seperti itu.
6) Permasalahan-permasalahan kehidupan yang hanya bisa diselesaikan dengan ilmu agama.
7) Memanfaatkan waktu luang.
8) Latar belakang pendidikan formal yang terdahulu, bukan berbasis pendidikan Islam, hal ini mendorong semangat untuk menuntut ilmu Agama Islam.
9) Lingkungan yang Islami dan kondusif, mewarnai hati dan tingkah laku kita.
10) Media pembelajaran yang modern dan canggih, sebagai pemicu semangat belajar.
11) Ilmu yang disampaikan adalah fakta dan aktual.
12) Ilmu yang disampaikan adalah fardu kifayah seperti belajar tajwid artinya jika dalam suatu kampung/ desa/ blok tidak ada yang belajar dan mengajarkan, maka akan berdosa umat Islam dalam blok tersebut.
13) Ilmu yang disampaikan mendesak dan sangat dibutuhkan. Seperti ilmu tajwid dan bahasa Arab, jika kita tidak mempelajarinya tentu akan rusaklah bacaan Al Qur’an kita, bukan mendapat pahala malah berdosa.
14) Persaingan-persaingan dalam menguasai materi, dalam beramal soleh menjadikan pemicu semangat belajar bagi peserta didik yang lainnya.
b. Faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran
2) Rutinitas ibu rumah tangga yang menyibukkan dan melelahkan., sehingga tiba waktunya belajar, ibu cenderung lelah.
3) Daya fikir seorang ibu, cepat lelah, mulai melemah, malas karena cape sebelumnya sudah letih mengerjakan, memikirkan, aktifitas rumah.
4) Terkadang lupa, kalau hari ini ada jadwal belajar, karena pembelajaran sifatnya tidak setiap hari seperti pendidikan formal.
5) Sarana dan fasilitas belajar yang kurang memadai (seperti, tempat belajar yang sempit, panas, tidak ada meja dan kursi, kurangnya media-media pembelajaran.
6) Waktu belajar yang sempit.
7) Faktor kurangnya dukungan keluarga.
8) Metode penyampaian yang monoton, (tidak memadukan berbagai metode) sehingga menimbulkan rasa bosan, dan kantuk.
9) Wanita cenderung ingin terus berbicara, ketika bertemu teman-temannya.
10) Guru/ ustad/ ustadah terkadang sering kurang memadukan pengetahuan umum dengan materi, sehingga penyampaian tidak menarik.
11) Sangat sedikit antusias warga untuk mengikuti pendidikan agama Islam, sehingga kurang mendorong semangat belajar bagi yang mau mengikuti pendidikan.
12) Terkesan hanya ibu/ wanita yang itu-itu saja yang mau mengikuti pendidikan agama Islam non formal.
13) Wanita pekerja juga belum tersentuh oleh pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U.
14) Dalam pendidikan kreasi memasak dan kerajinan tangan, terkendala dengan biaya untuk membeli bahan-bahan, kurangnya guru, tempat yang luas.
15) Catatan-catatan hasil proses pendidikan terkadang tercecer, bahkan hilang sangking banyaknya pendidikan yang diikuti oleh peserta didik.

6. Upaya-upaya yang dilakukan Pihak-pihak terkait dalam Mengatasi Permasalahan
a. Perlu semacam saran/ ajakan untuk membulatkan tekad agar mendatangi majelis ta’lim, kelompok-kelompok belajar, senantiasa saling mengingatkan sesama waniata muslimah.
b. Diperlukan dorongan dari keluarga (terutama suami), penyemangat, dan kerjasama dari keduanya.
c. Menuntut ilmu agama Islam lebih diutamakan (dipersiapkan) diatas kepentingan yang lain maksudnya mengaji, belajar harus dinomor satukan, waktu didahulukan dari kepentingan lain, selagi kepentingan yang lain masih bisa ditunda.
d. Terus mempertajam fikiran dan daya ingat dengan menghafal ayat-ayat Al Qur’an dan berusaha memecahkan masalah sesuai dengan ajaran Islam.
e. Mengenai fasilitas belajar, diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk memikirkan, membangun sebuah aula atau tempat/ bangunan khusus yaitu majelis ta’lim yang lebih luas, dan toilet wanita yang bersih.
f. Permasalahan sering terjadi di masjid As Salam mengenai mikrofon (terkadang tidak bisa hidup, terkadang suaranya yang terlalu menggema), papan tulis terlalu kecil, spidol dan tinta yang hanya mengandalkan sumbangan dari salah satu peserta didik.
g. Mempersiapkan keperluan anak terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran di mulai agar ketika proses belajar berlangsung tidak mencari-cari sesuatu karena akan mengganggu konsentrasi belajar.
h. Tidak semua pekerjaan bisa ditangani sendiri oleh ibu rumah tangga seperti mengantar sekolah, lebih baik ikut jemputan sekolah agar tugas ibu lebih ringan. Karena terkadang waktu seorang ibu sia-sia ketika menunggui anaknya di halaman sekolah.
i. Menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi lagi.
j. Untuk peserta didik, sebaiknya diam, pusatkan fikiran, dan konsentrasi.
k. Tidak terlalu lama dalam memberikan contoh-contoh perumpamaan, atau ketika ada pertanyaan dari peserta didik, tidak terlalu lama membahasnya sehingga kehilangan waktu belajar (waktu yang seharusnya digunakan untuk menyampaikan materi) karena waktu belajar sangat sempit.
l. Seharusnya wanita muslimah lebih banyak membaca buku/ majalah yang Islami untuk menambah wawasan keIslaman.
m. Belajar diluar bangunan seperti ditaman, di kebun, studi banding, rihlah atau diforum-forum lainnya akan menambah pengalaman belajar yang tak mudah dilupakan.
n. Menumbuhkan semangat bersaing dengan memberikan sejumlah tugas yang harus di isi dan di kerjakan di rumah.
o. Mensosialisasikan kegiatan yang telah berjalan kepada wanita yang belum tergerak hatinya untuk bisa mengaji.
p. Terus mengajak kaum muslimah yang belum terbiasa mengaji.
q. Bagi muslimah-muslimah yang bekerja, perlu semacam kelompok belajar malam.

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan analisis skripsi, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan hasil dokumentasi di lapangan, bahwa proses pembelajaran pendidikan agama Islam di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U, telah berjalan dengan baik, tertib dan lancar, walau dengan segala kekurangan dan keterbatasannya.
2. Jenis pendidikan dikategorikan sebagai berikut: pendidikan Majelis Ta’lim, Pendidikan dalam kelompok Belajar 1, 2,3,4,5 dan kelompok pendidikan agama Islam yang diadakan pada seminar-seminar dan training, dan pendidikan kreatifitas muslimah dan olah raga. Untuk pendidikan kreatifitas waktu dan tempat sangat pleksibel diatur menurut kesepakatan bersama.
3. Latar belakang profesionalisme guru, menurut penulis telah memadai, memenuhi kriteria seorang pengajar. Cara meyampaikan materi pelajaran, guru-guru tersebut memiliki kemampuan dan daya tarik masing masing. Sikap dan perilaku telah menunjukan sebagai figure yang harus digugu dan ditiru meski memang masih ada kekurangan dalam cara penyampaian materi pelajaran. Respons peserta didik atau cara penerimaan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, diserap sesuai kemampuan daya tangkap wanita-wanita muslimah yang beragam. Kemampuan menerima pelajaran dipengaruhi oleh konsentrasi belajar. konsentrasi inilah yang sering terganggu oleh situasi dan suasana proses pembelajaran PAI non formal wanita-wanita muslimah. Konsentrasi sering buyar manakala ada rengekan anak balita, mikrofon yang kurang jelas atau terlalu menggema, sesama peserta didik yang mengajak bicara saat materi diterangkan, atau masalah-masalah yang ada pada diri peserta didik tersebut seperti himpitan ekonomi, permasalahan keluarga yang tidak dapat dipecahkan, pekerjaan rumah tangga yang belum dikerjakan.
4. Antusias warga muslimah dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama Islam menurut pengamatan dan hasil survey menunjukan kekurang tertarikan kegiatan pendidikan dihati masyarakat, penyebabnya beragam seperti; kesibukan mengurus rumah tangga, wanita karier, belum siap diri peserta didik untuk berubah, bosan dengan materi yang sebatas iman, takwa ikhlas, proses pendidikan yang telah tergantikan oleh acara-acara yang lebih seru seperti soping, menonton TV, Arisan dan ngerumpi.
5. Faktor pendorong bagi peserta didik dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran yaitu kesadaran diri bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim begitu pula dalam mengajarkannya, seperti dalam hadits:”sampaikanlah walau hanya satu ayat”. Ada pula kesadaran dari diri individu bahwa “Saya harus bisa membuat sesuatu (kreatif dan inovatif)” karena saya butuh.
Begitu pula ada faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran seperti fasilitas belajar (sarana dan media pembelajaran) yang kurang memadai, suasana yang tidak memungkinkan, sumber dan materi belajar yang susah dimengerti/ difahami, cara penyampaian yang monoton (peserta didik hanya duduk manis mendengarkan saja).
6. Upaya-upaya dalam mengatasi hambatan pada proses pembelajaran PAI dalam taraf keseluruhan agaknya sulit untuk diatasi, karena usulan tempat Ta’lim (gedung ta’lim khusus) memerlukan dana yang tidak sedikit, padahal di Blok T-U sedang membangun Pos Yandu yang tak kunjung selesai, toilet dan masjid yang belum selesai, belum lagi anggaran untuk kegiatan masjid yang setiap bulannya padat. Namun penanggulangan dalam skala kecil, dapat diperbaiki secara individu, dan saling menyemangati sesama peserta didik seperti, saling mengingatkan, saling mengajak, mempersiapkan segala sesuaatunya lebih dulu atau lebih awal, membentuk kelompok belajar malam bagi wanita-wanita karier.

B. Rekomendasi
Dalam penutup skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepada anggota majelis taklim agar berusaha mengkuti seluruh proses pembelajaran menurut kemampuan, merencanakan kegiatan-kegiatan yang lebih menghibur dan menarik minat peserta ddik, pendidikan juga harus langsung memberikan hasil, seperti pendidikan kreatif membuat kue, peserta didik diharapkan langsung bisa mempraktekan nya dirumah guna melayani kebutuhan keluarga.
2. Kepada para pendidi PAI Non Formal di Blok T-U agar lebih kreatif lagi mencari bahan yang akan dipadukan dengan materi pelajaran, mengasah dan memperluas kembali pengalaman keilmuan baik ilmu agama maupun umum, memadukan beberapa metode pembelajaran, menghidupkan suasa pembelajaran dengan bersikap terbuka, mempersilahkan bagi muslimah yang bertanya walaupun berbeda dengan materi yang disampaikan pada segmen terakhir sebab akan memngganggu kelancaran dalam penyampaian materi. Tidak lagi membesar-besarkan masalah khilafiyah.
3. Kepada wanita-wanita mulimah yang telah bergabung dalam kelompok-kelompok belajar, semoga tetap istiqomah dalam belajar, sabar menghadapi segala rintangan belajar. Kesulitan dan ketidakmampuan menerima pelajaran, jangan dijadikan alasan untuk berhenti belajar. karena masih banyak lagi manfaat ketika berkumpul dalam suatu majelis ilmu. Kepada wanita-wanita yang belum bisa mengikuti proses belajar semoga Allah SWT memberikan keleluasaan waktu untuk bisa hadir di Majelis Ilmu, semoga Allah SWT membukakan pintu rahmat dan hidayah-Nya, amin….!
4. Kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama agar segera menampung dan membicarakan dalam rapat kepengurusan bahwa masukan-masukan dari wkaum ibu untuk dipertimbangkan, dan segera dianggarkan biaya pendidikan agama Islam non formal di Blok T-U. Melindungi dan menjaga serta memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan aman. Senantiasa mendukung para istri untuk mengikuti pendidikan agama Islam non formal di Blok T-u dan Blok-blok lainnya yang terdekat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Al Qur’annul Karim.(2006). Jakarta: Maghfirah Pustaka
2. Abdul Majid (……)Perencanaan Pembelajaran………………………………..
3. Ahmad Djuaeni.(2003). Makalah Tafsir II. Bandung: Makalah STAI Siliwangi
4. Ahmad Tafsir.(2001). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

5. Desi Anwar.(2003). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia Computindo.

6. Haidar Putra Daulay.(2007). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Media Group.

7. Moh. Mas’ud. (1992). Kumpulan Dalil Naqli Pilihan. Surabaya: Apolo.
8. Fakhrur Mu’is dan Moh. Suhadi (2009), Syarah Hadits Arba’in. Gegerkalong Bandung. MQS Publishing
9. Ratimin.(2009). Lembar Kerja Pertanggungjawaban Ketua RW. Bekasi
10. Rochidin Wahab.(2002). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Makalah STAI Siliwangi.
11. Sayid Sabiq.(2004). Aqidah Islam. Bandung: Diponegoro.
12. Suharmi Ari Kunto dkk.(2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

13. Syamsu Yusuf.(2008). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Maestro.
14. ____________.(2007). Panduan Penyusunan dan Bimbingan Skripsi bagi Mahasiswa Proggram SI. Bandung: Makalah STAI Siliwangi

15. Wina Sanjaya.(2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Media Group.

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara

2. Obserbasi Jumlah Peserta Didik
• Observasi Jumlah Peserta Didik Pendidikan Majelis Taklim
• Observasi Jumlah Peserta Didik Pendidikan Kelompok Belajar I
• Observasi Jumlah Peserta Didik Kelompok Belajar II
• Observasi Jumlah Peserta Didik Kelompok Belajar III
• Observasi Jumlah Peserta Didik Kelompok Belajar IV
• Observasi Jumlah Peserta Didik Kelompok Belajar V
• Observasi Jumlah Peserta Didik Pendidikan les Tahsin dan Bhs Arab I

3. Foto-foto Dokumentasi Kegiatan Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Islam Non Formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U

PERTANYAAN DALAM WAWANCARA TIDAK LANGSUNG

1. Apakah Anda mengikuti kegiatan pendidikan agama Islam non formal?
2. Apa alasan Anda mengikuti atau tidak mengikutinya?
3. Apa jenis-jenis pendidikan agama Islam yang Anda ketahui di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U?
4. Pendidikan agama Islam apa yang Anda ikuti saat ini?
5. Apa kegiatan Anda sehari-hari?
6. Kesibukan ibu rumah tangga apa yang paling menyita waktu sehingga melalaikan Anda untuk mengikuti PAI?
7. Bagaimana pendapat Anda tentang fenomena pembelajaran agama Islam non formal di Perumahan Bumi Anggrek Blok T-U?
8. Apa saja sarana-prasarana pembelajaran yang membutuhkan perhatian?
9. Dari manakah sumber materi yang disampaikan oleh guru-guru?
10. Apa saja materi pelajaran yang Anda ketahui?
11. Menurut Anda bagaimana profesionalisme (cara mengajar) guru-guru pengajar di blok T-U?
12. Metode dan teknik apa saja yang digunakan dalam penyampaian materi oleh guru?
13. Bagaimana Anda merespon penerimaan materi pelajaran yang disampaikan guru?
14. Apa saja media pembelajaran yang anda butuhkan agar pelajaran mudah dimengerti oleh peserta didik?
15. Apa saja faktor-faktor pendorong bagi Anda untuk mengikuti kegiatan pendidikan?
16. Apa saja faktor-faktor penghambat bagi Anda dalam mengikuti proses pendidikan?
17. Bentuk kerjasama yang seperti apa yang Anda lakukan bersama masyarakat, tokoh Masyarakat, para Alim Ulama, ketua RT beserta pengurusnya, ketua RW beserta pengurusnya, ketua Majelis Ta’lim beserta pengurusnya? Sebagai bentuk kerja keras/ upaya kelancaran proses belajar-mengajar?
18. Upaya apa saja yang Anda lakukan agar wanita-wanita muslimah mau mengikuti proses belajar mengajar?
19. Upaya apa saja yang anda lakukan dalam mengatasi permasalahan wanita-wanita pekerja yang tidak sempat mengikuti PAI?
Pertanyaan ini dalam rangka penelitian ilmiah dengan judul skripsi”Fenomena Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Non formal” di Perum B. Anggrek Blok T-U.
Untuk kelancaran penelitian, insyaAllah jawaban akan kami rahasiakan.
=============================================================
PERTANYAAN UNTUK PENGAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON FORMAL
DI PERUM BUMI ANGGREK BLOK T-U

1. Bagaimana proses pembelajaran di Perumahan Bumi Anggrek blok T-U?

2. Sumber materi yang disampaikan? Dari kitab……

3. Jenis-jenis pendidikan yang ada sudah beragam? Bagaimana menurut pendapat bapak/ ibu?

4. Latar belakang pendidikan Guru PAI di blok T-U

5. Bagaimana antusias dan minat muslimah di perum Bumi Anggrek?

6. Bagaimana respon peserta didik dalam menerima pelajaran?

7. Factor-faktor yang mendorong proses berlajar?

8. Factor-faktor yang menghambat proses belajara?

9. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan?

OBSERVASI JUMLAH PESERTA DIDIK
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON FORMAL
September.2010

Tinggalkan komentar